Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ransel Hijau Lumut Berlogo Bulat Merah Muda

8 November 2019   09:29 Diperbarui: 10 November 2019   23:03 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ransel hijau lumut demikian melekat dengan sosok menyenangkan yang disukai banyak orang. Tas punggung berlogo kulit bulat berwarna merah muda senantiasa dibawa kemana-mana. Tas ransel hijau lumut buatan Eropa konon dibawakan seorang kerabat yang kerap bepergian keluar negeri.

Isinya: laptop, berkas-berkas, kwitansi, materai, buku batik untuk mencatat segala, ballpoint, lem aibon...eh... peralatan tulis dan masih cukup memuat baju-baju jika bepergian ke luar kota.

Sebuah petunjuk mudah untuk menandai keberadaan Tinus, lelaki bertubuh kurus berwajah tirus bersenyum tulus.

Namun siang itu senyum tersebut lenyap ditelan mendung pada wajahnya. Betapa tidak? Tas ransel hijau lumut berlogo kulit merah muda kesayangan lenyap seiring meningginya matahari.

Kehilangan yang mengambrolkan semangat hidup. Sukmanya pun menghindar, terbirit-birit meninggalkan tubuh kurus yang seperti baru dilanda kereta melaju kilat

Sebetulnya Tinus merupakan pribadi bersahaja, mudah bergaul dan pandai membawa diri ketika berhadapan dengan orang.

Ia dikenal sebagai lelaki ringan tangan, bergegas berbuat sesuatu yang sekiranya mengentengkan kegiatan orang lain. Personalitas yang disukai oleh kawan sekolahnya, saat ini menjadi bos dari Tinus.

Rudolfo --sebagai atasan, kawan-- merasa amat beruntung berjumpa dengannya pada saat reuni SMA baru lalu. Ketika itu Tinus bekerja serabutan dan sebatang kara.

Seorang generalis yang mampu mengerjakan apa saja --kecuali makan kepala sendiri-- dan siap memperhambakan diri kapan saja. Dulunya, ia adalah seorang anak tunggal dari keluarga berada. Belasan tahun berlalu membuatnya berubah dari anak mami menjadi seseorang yang keras dan mandiri.

"Mengapa belum berumah-tangga?" Hanya dijawab Tinus dengan kediaman nan abadi. Suatu rahasia yang enggan diberitakannya. Kesukaan terhadap lawan jenis? Jangan ditanya. Jika punya uang cukup, ia akan mengunjungi tempat-tempat..... Ah tak eloklah menceritakannya!

Berapa pagi lalu  --atasan, kawan-- Rudolfo meminta Tinus mengantarnya ke bank lalu menemui rekanan dalam kegiatan pembangunan pekerjaan drainase.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun