Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ronda

29 Oktober 2019   17:35 Diperbarui: 3 November 2019   18:04 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kurun sebulan, untuk ketiga kalinya kawasan tinggal itu dibobol penjarah saat penghuninya tidur pulas. Tiga mobil berkelas lenyap tanpa bekas.

"Perompak itu pastilah menggunakan ilmu sirep" ketua regu ronda berkilah.

Pak RW mengernyitkan dahi: "Sekejap, lengah lima menit saja sudah cukup memberi peluang bagi para begundal-begundal untuk melakukan aksinya. Kalian harus lebih rajin ronda mengawasi setiap rumah!"

Rumah-rumah di dalamnya tidak disusun seperti halnya perumahan jaman sekarang yang serba berpetak-petak dengan gerbang masuk-keluar berada di satu lokasi dijaga pasukan pengaman profesional. Bangunan-bangunan buatan tahun 80'an diletakkan begitu saja di atas tanah perkebunan.

Di tengah, mengurat jalan pintas bagi warga umum untuk menghindari antrian di lampu merah, maka kemudian siang hari akan bising oleh suara lalu-lalang kendaraan melintas. Barulah pada jam sembilan malam suara-suara kendaraan yang tadinya menggenangi dedaunan lalu merembes ke dalam ruang-ruang keluarga, bersisurut. 

Portal-portal dikunci untuk menyumbat pergerakan orang sembarang memasuki komplek tempat tinggal, sehingga para penghuni yang sebagian besar adalah pensiunan pegawai kantor pemerintahan di sekitarnya bisa beristirahat dalam damai.

Pak RW merupakan pensiunan kepala bagian tata usaha. Kepala regu ronda adalah anak dari purnabakti penjaga malam kantor berhalaman luas milik negara, lima orang anggotanya adalah warga yang dikaryakan. 

Sebagai merayakan jejak-jejak kejayaan, pak RW berlaku keras kepada orang-orang yang dianggap sebagai anak buahnya. Dengan demikian para penjaga malam amatlah sangat tunduk dengan perintah pak RW. Oleh karenanya berlaku kebiasaan "asal bapak senang" dengan mendadak rajin mengelilingi lingkungan.

dokumen pribadi | portal dan tiang listrik
dokumen pribadi | portal dan tiang listrik
Setiap malam --secara beraturan-- mereka menandai keterbangunan dengan memukul-mukul tiang listrik, agar sang pencoleng mahfum bahwa sepasukan pengamanan sedang siaga. Dengan kata lain mereka juga akan mengatakan: "siap pak bos, kami sudah rajin bekerja sesuai arahan!"

"Ting...ting...ting...ting...ting..!" bunyi nyaring tiang listrik diketuk-ketuk dengan tongkat besi, pukul sebelas sebelum memuncaki malam. Lima tiang listrik berteriak keras, satu berbunyi paling kencang. Pak RW tersenyum senang sambil menonton televisi.

"Ting...ting...ting...ting...ting..!" bunyi nyaring tiang listrik dipukul-pukul dengan tongkat besi, pukul satu dini hari. Lima tiang listrik berteriak keras, pasti satu tiang berbunyi paling kencang. Pak RW tersentak bangun dan bergumam "mereka masih berkeliling".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun