Penderita stroke mengalami degradasi daya gerak, ingatan, berbicara, penglihatan dan lainnya. Â Penderita juga cenderung lebih mudah emosional dan gampang lupa.Â
Berbagai cara dilakukan untuk mengembalikan kemampuan fisik melalui: fisioterapi, pemijatan, minuman berkhasiat, olesan pada bagian tubuh bermasalah, kejut listrik ala tentara dan bermacam ikhtiar.
Namun sejauh pengamatan, belum banyak ulasan tentang "menulis" sebagai terapi untuk menjaga kemampuan mengingat agar tetap bagus.
Lantas bagaimana penderita pasca serangan stroke bisa menulis, sementara kemampuan menggerakkan jemari terbatas? Apa hubungan antara "menulis" dengan upaya pemulihan?
Inspirasi datang dari seorang Kompasianer Christie Damayanti yang mengalami stroke pada tahun 2009 dan kemudian aktif menulis kisah hidupnya sejak tahun 2010. Saya beruntung sempat bersalaman dengan beliau pada acara Kompasianival tahun 2011 lalu.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati (alodokter.com/stroke).
Matinya sebagian area otak tersebut berkaitan dengan fungsi motorik, sensorik, keseimbangan atau memory. Hasil citi-scan akan memperlihatkan bagian otak yang "hangus". Kerusakan itu tidak bisa disembuhkan. Kabar baiknya, manusia memiliki kemampuan alamiah untuk beradaptasi. Cepat atau lambat, bagian otak lain akan mengambil alih fungsi tersebut.
Analoginya: apabila satu jalan mengalami longsor, maka patut dicari jalan lain untuk dilalui. Kendati lebih sempit, berputar atau sulit dilewati demi mencapai tujuan.Â
Demikian pula dengan otak manusia: Jika bagian tertentu dari otak mengalami kerusakan, maka bagian lainnya "dilatih" memicu gerakan, bicara, daya ingat agar kembali normal. Tentu mengembalikan kemampuan fisik secara normal akan memerlukan waktu, ketelatenan dan semangat juang.
Semangat untuk menjadi pulih diperoleh berkat berkonsultasi dengan ahli, saling bertukar pengalaman diantara sesama penderita stroke, membaca, menulis dan berdoa kepada Sang Maha Pemberi Sembuh. Khusus berkenaan dengan "menulis", di bawah akan disampaikan pengalaman sebagai berikut:
Sejak dulu Saya tidak terlalu aktif menulis di Kompasiana, barangkali karena tidak sempat atau memang tidak ada hal menarik bisa dibagikan. Secara sporadis Saya menulis lagi sejak Februari 2019, umumnya mengisi kategori cerita pendek.Â