Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pisang Bakar, Nasi Goreng Terasi, dan Handuk

26 Agustus 2019   10:30 Diperbarui: 26 Agustus 2019   10:52 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu kegiatan untuk mendekatkan diri kepada alam dan menghambakan cinta sejati kepada Sang Khalik. Tepat tengah malam, ia mandi. Sangat dingin, gelap, dan sendiri. Kaus oblong bekas dipakai tadi siang menjadi handuk pengering badannnya.

Mengenakan sarung dan pakaian terbaik yang dipunyai, ia duduk bersila pada selembar sajadah usang, melakukan olah nafas untuk mengatur irama tubuh dan menghentikan riuh-rendahnya gelombang kekacauan pikiran. Ia berusaha mematikan pikiran, mematikan keinginan keduniaan, membunuh ego agar mampu mencapai ketenangan mutlak. 

Pada satu titik, nafasnya terhenti, untuk memulai proses penutupan sembilan lubang pada tubuhnya agar mulai bekerja, dari bawah sampai atas. Terasa dingin tapi tidak dingin, terlihat putih tapi tidak putih, pasrah, tenang dan damai. 

Dalam kesadaran penuh tak ada suara hujan berderai-derai, tak terdengar suara hempasa angin, desiran daun bambu dan suara apapun yang ditimbulkan alam. Sejatinya senyap.

Ia telah mencapai keheningan mutlak dalam perjalanan atma menuju Sang Sejati. Tak ada pikiran yang bersahut-sahutan gemuruh, tak ada nafsu melompat-lompat, tak ada ego menonjolkan diri, tak ada rasa apapun. Panca-indranya mulai meredup menutup rapat mengantarkan ke alam hening nan damai.

Bahkan raganyapun tak merasakan apa-apa ketika sebuah pohon nangka yang rapuh rebah bersama akarnya meratakan saung bambu dan menghancurkan sebagian dinding villa.

000--- S E L E S A I ---000 

Kampung Gati, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

Catatan:

  1. Hawu (bahasa Sunda): tungku perapian bianya terbuat dari tanah liat atau disusun dengan bata, untuk memasak 
  2. Suluh (bahasa Sunda):  kayu bakar; bahan bakar yang diletakkan pada hawu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun