Dalam politik tidak ada pertemanan yang abadi begitu juga sebaliknya tidak ada permusuhan yang abadi yang ada kepentingan masing-masing.
Di saat kepentingan itu di rasa sejalan dan bisa disepakati menguntungkan bagi para mereka elit politik maka masa lalu akan terhapus dengan sendirinya.
Belakangan jagad perpolitikan tanah air sedikit dihebohkan dengan terjadinya bongkar pasang partai pendukung presiden dimana Surya Paloh menggandeng Muhaimin Iskandar untuk dipasangkan dengan Anies Baswedan pada pilpres mendatang.
Menarik melihat manuver politik yang berkembang mendekati finalisasi siapa-siapa calon presiden dan wakil presiden yang resmi di daftarkan mengikuti pemilu nantinya.
Pertemuan elit politik yang sulit di tebak menjadi drama yang endingnya sangat menarik di tunggu seperti apa.
Ikatan janji yang sudah dibangun begitu rapi dengan mengusung Indonesia Perubahan untuk bersatu menjadi gerbong yang melibatkan tiga partai besar pengusungnya.
Partai Nasdem, partai Demokrat dan partai keadilan sejahtera jauh-jauh hari sudah menentukan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden di pemilu 2024.
Perjanjian yang dibuat begitu erat beberapa pertemuan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang dikalangan masyarakat sudah menganggap begitu solid dan sulit ditaklukkan.
Namun beberapa hari ini terjadi konflik  dalam menentukan calon pendamping presiden sebagai wakil presiden menjadi rebutan dan pertimbangan yang matang.
Pasalnya pilpres nanti sosok wapres memiliki peran penting untuk mendulang suara penunjukkan orang yang tepat tentunya menjadi penting agar kelak tidak salah jalan dan berhasil memenangkan pertarungan politik yang sangat menentukan.