Kasus Saiful Jamil ternyata belum tuntas diselesaikan beliau dalam hukuman penjara kurang lebih lima tahun lamanya.
Sanksi sosial penolakan terhadap kebebasan Saiful Jamil santer terlihat di media sosial dan terkahir petisi untuk menolak Saiful Jamil tampil di televisi.
Sebagian besar masyarakat menginginkan Saiful Jamil jangan pernah lagi tampil di televisi karena sangat meresahkan dianggap berbahaya bagi anak-anak.
Sebagai predator sex atau pedofil yang menjadi dasar dijebloskannya Saiful Jamil Ke penjara menjadi alasan penolakan masyarakat.
Dalam istilah modern "Cancel Culture" atau Budaya pengenyahan adalah sebuah bentuk di mana seseorang dikeluarkan dari lingkaran sosial atau profesional baik secara daring di media sosial, di dunia nyata, atau keduanya.
Inilah sekarang yang ingin dilakukan netizen terhadap Saiful Jamil.
Namun dibalik itu semua muncul kekhawatiran dalam benak saya pribadi. Dimana di negeri ini orang aneh bahkan orang yang sudah dianggap tidak benar bisa mendapat tempat di media televisi Indonesia.
Banyak artis dulunya sudah betul-betul menunjukkan kegilaannya di berbagai acara televisi, dan mendapat penolakan dari masyarakat, selanjutnya apa yang terjadi! berbagai acara televisi berlomba-lomba ingin memakai jasa orang-orang tersebut.
Dimulai dari kasus video porno artis, melecehkan Pancasila dan banyak lagi artis kontroversial yang semakin di hujat semakin mendapat tempat di berbagai acara televisi.
Ternyata hujatan yang dibangun memunculkan popularitas bagi si objek yang dihujat, hal inilah yang ditangkap oleh produser program acara di televisi akan menaikkan rating tontonan acaranya.
Tanpa memikirkan berbagai dampak negatif produser acara televisi terus memakai jasa orang-orang yang sudah tidak memberikan contoh baik sebagai publik figur.
Apa yang terjadi belakangan ini, penolakan terhadap Saiful Jamil kiranya murni hanya untuk menyuarakan kekhawatiran masyarakat.
kita sangat mengharapkan ini bukan bagian dari strategi marketing untuk meningkatkan nilai jual beliau yang dihujat karena sudah lama mendekam di penjara jadi dibutuhkan strategi untuk mengangkat pamor beliau kembali.
Mudah-mudahan mayarakat Indonesia semakin selektif dalam menonton acara yang ditayangkan televisi.
Semakin kita tidak melihat objek yang berbahaya dan kita tidak suka seleksi alam akan terjadi, akan hilang dengan sendirinya.
Mari bersikap bijak dalam menyikapi sebuah ajakan maupun himbauan yang mengarahkan menyudutkan pribadi orang lain. Bisa jadi hujatan akan menjadi berkah bagi yang dihujat nantinya. Naudzubillah min dzaalik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H