Mohon tunggu...
Budi idris
Budi idris Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku, Blogger inspiratif

Dengan tulisan mari berkarya dan berprestasi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

LDR Hampir Membunuhku

16 Februari 2021   00:35 Diperbarui: 16 Februari 2021   00:38 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jatuh cinta itu memang luar biasa rasanya, cinta tak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Cinta bisa kita ibaratkan tegangan listrik, terasa tapi tak dapat dilihat. 

Semua kita orang dewasa akan pernah merasakan jatuh cinta. Hati berbunga-bunga dan segalanya begitu indah. Menceritakan si dia dan mengingat sang pacar akan mampu membutakan segalanya itulah yang dinamakan dimabuk cinta.

Hal yang sama pernah juga kurasa dimana masa itu beberapa tahun yang lalu, dengan seseorang yang saat itu yang mengunci hati ini dari cinta yang lain,  saling bercinta dipisahkan oleh ruang dan waktu. Dipisahkan ratusan kilometer kami menjalani yang namanya LDR.

Awalnya indah dan bahagia, disaat lama tak berjumpa menguatkan rasa cinta dalam dada. Hari berganti hari dan kami terus berjuang melawan rasa rindu yang menggebu setiap hari. Bertemu terkadang setahun hanya dua kali. Terus bertahan walau banyak godaan yang datang.

Tiba akhirnya jarak memang menjadi biang malapetaka, komitmen yang dibangun dengan kekuatan cinta hancur berkeping dengan hadirnya orang ketiga. Segalanya berubah dari indah menjadi duka, dari cinta menjadi dendam, dari asmara menjadi malapetaka.

Komitmen yang sudah kami ikat dengan janji untuk saling setia, remuk redam dihancurkan undangan merah jingga saat dia ingin menikah dengan yang tadinya orang ketiga diantara kaki berdua.

Dunia ku gelap, hariku suram, tidurku terjaga, pikiranku meronta, selalu berkata aku tak sanggup hidup tanpa dia. Hidup kehilangan arah semuanya terasa hampa. Terkadang terlintas ingin ku akhiri segalanya. Mengakhiri hidup mungkin jalannya. 

Dalam kegalauan yang tak kunjung hilang, muncul bidadari penyelamat awalnya hanya tempat curhat semakin hari aku dan dia semakin dekat. Dengan mengucap syukur kepada tuhan ku kuatkan tekad untuk mempersunting sang Dewi penyelamat.

Menikah dengan cinta dan melupakan segalanya, akhirnya diriku mampu melupakan peristiwa kelam LDR yang hampir membunuhku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun