Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkuat Literasi, AI Bisa Jadi "Pedang Bermata Dua" di Era Digital

27 Oktober 2024   07:04 Diperbarui: 27 Oktober 2024   07:23 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi - dispersip.pangkalpinangkota.go.id

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat. Saat ini, perkembangan kecerdasan buatan atau AI, menjadi banyak perbincangan di berbagai negara. Sebagai generasi penerus bangsa, kita semua juga dituntut untuk bisa lebih adaptif, dalam menyikapi perkembangan AI di berbagai belahan dunia ini. Teknologi AI ini memang canggih banget. Bisa melakukan banyak hal yang dulu hanya bisa dilakukan manusia. Tapi, tahukah kalian kalau AI ini seperti pedang bermata dua, yang bisa jadi senjata yang berbahaya?

Dulu dengan munculnya media sosial, kelompok ISIS langsung menginstruksikan kepada seluruh pengikutnya, untuk menguasa media sosial. Sejak itulah provokasi di media sosial terus bermunculan di berbagai negara. Aksi teror mulai ramai dilakukan di dunia digital. Kini semua perhatian orang tertuju pada AI. Bayangkan, AI bisa bikin tulisan, gambar, bahkan video yang super realistis. Nah, teknologi canggih ini bisa disalahgunakan oleh orang-orang yang enggak bertanggung jawab. Mereka bisa bikin berita bohong yang susah banget buat dibedain dari berita beneran. Ini namanya hoaks.

Hoaks yang disebarin pakai AI bisa banget bikin kita saling curiga dan bermusuhan. Apalagi di Indonesia yang kaya banget dengan keberagaman. Coba bayangkan, kalau ada orang yang bikin video palsu yang bikin satu kelompok agama jadi terlihat buruk. Pasti bisa bikin rusuh kan? Indonesia itu unik banget, kita punya banyak suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda-beda. Keberagaman ini adalah kekayaan kita. Tapi, kalau kita enggak hati-hati, keberagaman ini bisa jadi sumber perpecahan.

Lalu, bagaimana cara melawan hoaks yang disebarkan AI? Tenang, kita tidak perlu perlu takut terus. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk melawan hoaks. Jadilah konsumen berita yang cerdas. Pastikan sumber berita yang kalian akses benar dan valid. Jangan langsung percaya sama berita yang kamu baca di internet. Cek dulu siapa sumbernya, apakah sumbernya terpercaya atau enggak.

Biasakan juga untuk membandingkan dengan sumber yang lain. Cobalah cari berita yang sama di sumber lain. Kalau banyak sumber yang berbeda versinya, berarti ada yang tidak beres. Kalian juga bisa menggunakan tools tertentu untuk melakukan cek fakta. Sekarang ini sudah banyak alat cek fakta yang bisa kamu gunakan untuk memastikan kebenaran suatu berita.

Selain melakukan cek ricek, kita juga mulai membiasakan untuk mengendalikan diri. Jangan mudah terprovokasi ketika membaca atau mendengar informasi yang tidak sesuai. Menjaga emosi ini menjadi penting di tengah masifnya provokasi di media sosial. Ketika kalian baca berita yang bikin emosi, jangan langsung percaya dan sebarkan. Tarik napas dalam-dalam dulu, baru pikir-pikir lagi. Dan yang tak kalah penting adalah sebelum ikut komen atau share berita yang belum tentu benar, penting terlebih dulu untuk tahu informasi yang lebih lengkap.

Kita semua juga harus menjadi agen perubahan. Sebarkan informasi yang baik, yang bisa memberikan manfaat ke semua pihak. Jika diantara kita menemukan informasi yang positif dan membangun, jangan ragu untuk membagikannya. Namun jika kita menemukan konten negatif, jangan ragu untuk melaporkannya. Karena yang kita butuhkan saat ini adalah saling memperkuat literasi, bukan saling menghancurkan dengan cara menyebarkan informasi bohong.

Meskipun AI bisa disalahgunakan, tapi teknologi ini juga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, kok. Misalnya, AI bisa digunakan untuk menghasilkan karya seni yang unik dan kreatif, untuk membuat materi pembelajaran yang lebih menarik, untuk menganalisis data dan mencari solusi untuk masalah sosial. Dan masih banyak lagi manfaat positifnya. Semuanya tergantung dari kita.

Jadi, AI itu semacam pisau. Bisa dipakai untuk mengiris buah, tapi juga bisa melukai orang. Yang penting adalah kita sebagai pengguna yang bijak. Dengan pengetahuan dan kesadaran yang cukup, kita bisa memanfaatkan AI untuk hal-hal yang positif dan menghindari dampak negatifnya. Mari menjadi generasi muda yang cerdas dan bijaksana. Ingat, kita harus selalu kritis dan tidak mudah percaya dengan semua informasi yang kita terima. Jangan sampai kita jadi korban dari hoaks dan provokasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun