Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Radikalisme, Agama, Budaya dan Indonesia: Mengurai Benang Kusut Identitas

19 Oktober 2024   23:46 Diperbarui: 19 Oktober 2024   23:47 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Radikalisme, sebuah ideologi yang menginginkan perubahan sosial secara cepat dan drastis, seringkali memanfaatkan isu agama dan budaya untuk mencapai tujuannya. Di Indonesia, dengan keberagaman yang begitu kaya, radikalisme seringkali membenturkan antara agama mayoritas dan minoritas, serta antara agama dan budaya lokal. Artikel ini akan menganalisis lebih dalam tentang bagaimana radikalisme memanfaatkan isu agama dan budaya, serta dampaknya bagi keberagaman di Indonesia.

Agama, sebagai sistem kepercayaan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama, seringkali disalahgunakan untuk tujuan politik. Kelompok radikal seringkali mengklaim memiliki interpretasi agama yang paling benar dan menjustifikasi tindakan kekerasan atas nama agama. Padahal, setiap agama mengajarkan nilai-nilai kedamaian, kasih sayang, dan toleransi.

Lalu, bagaimana kita tahu cara radikalisme mengeksploitasi agama? Salah satunya dengan cara misinterpretasi teks agama. Ayat-ayat suci seringkali dipelintir dan diartikan secara sempit untuk mendukung narasi kekerasan. Kelompok radikal juga seringkali membentuk identitas yang eksklusif. sehingga memicu permusuhan terhadap kelompok lain. Mereka juga sering memanfaatkan ketakutan pihak lain, untuk menebarkan provokasi. Mereka memanfaatkan ketakutan dan ketidakpastian masyarakat untuk merekrut anggota baru.

Karena mereka ingin membentuk kelompok yang eksklusif, mereka terus melakukan berbagai cara, untuk menyerang budaya masyarakat Indonesia yang bersifat terbuka. Seperti kita tahu, Indonesia merupakan negara majemuk, yang kaya akan suku, agama, bahasa dan budaya. Dan keragaman tersebut nyatanya bukan menjadi persoalan. Karena Indonesia kaya akan kearifan lokal, yang tersebar di berbagai daerah.

Faktanya, budaya lokal, sebagai cerminan identitas suatu masyarakat, seringkali menjadi sasaran serangan kelompok radikal. Mereka menganggap budaya lokal sebagai penyembahan berhala atau bertentangan dengan ajaran agama. Padahal, banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya lokal yang sejalan dengan nilai-nilai agama.

Banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran, terkait serangan terhadap budaya lokal. Pernah terjadi penolakan terhadap seni dan budaya. Seperti wayang, tari-tarian tradisional, dan berbagai bentuk seni lainnya seringkali dianggap sebagai bentuk syirik atau bid'ah. Berbagai tradisi lokal seperti upacara adat dan tradisi turun temurun, juga seringkalidipersoalkan karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Tak hanya itu, penolakan terhadap simbol-simbol negara juga seringkali dimunculkan. Contohnya adalah hormat bendera merah putih pada saat upcara, dianggap simbol kekufuran.

Jika radikalisme ini dibiarkan, maka berpotensi akan mengganggu keberagaman di Indonesia.  Radikalisme telah mengancam keberagaman dan kerukunan hidup di Indonesia. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan antara lain, perpecahan sosial. Radikalisme bisa memicu perpecahan antar umat beragama dan antar kelompok masyarakat. Radikalisme juga bisa memicu tindakan kekerasan atas nama agama seringkali terjadi akibat provokasi kelompok radikal. Radikalisme bisa memunculkan pelanggaran HAM, kebebasan beragama dan berekspresi seringkali dibatasi oleh kelompok radikal.

Menjadi tugas kita bersama, untuk membangun Indonesia menjadi lebih inklusif. Hal yang bisa dilakukan diantara dengan cara penguatanpendidikan agama yang lebih moderat dan inklusif. Peningkatan literasi digital juga penting, agar masyarakat bisa terbebas dari informasi yang menyesatkan dan hoaks. Dan yang tak kalah pentingnya adalah dialog antaragama, perlu dilakukan oleh semua pihak. Agar dapat mempererat tali silaturahmi dan saling pengertian antar umat beragama.

Ingat, radikalisme adalah ancaman serius bagi keberagaman dan persatuan bangsa. Dengan memahami akar permasalahan dan bekerja sama, kita dapat membangun Indonesia yang lebih inklusif dan toleran. Kita perlu menyadari bahwa perbedaan agama, budaya, dan pandangan politik adalah hal yang wajar. Yang terpenting adalah kita mampu hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun