Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberagaman, Tokoh Masyarakat, dan Indonesia Damai

30 Juni 2024   09:58 Diperbarui: 30 Juni 2024   10:09 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Keberagaman di Indonesia merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dibantah. Keberagaman di Indonesia merupakan keniscayaan yang harus dirasakan dan dihadapi oleh siapa saja. Baik itu dari masyarakat kelas bawah, menengah hingga atas. Baik itu dari masyarakat yang berpendidikan, berkecukupan, ataupun latar belakang yang lain. 

Cara masyarakat menyikapi perbedaan dan keberagaman pun berbeda-beda. Tergantung bagaimana cara pandang yang digunakan. Namun, apapaun latar belakangnya, keberagaman di Indonesia semestinya tidak perlu dimaknai sebagai persoalan. Karena keberagaman tersebut pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan untuk kita jaga bersama.

Isu keberagaman memang perlu diingatkan. Karena seiring perkembangan zaman, isu keberagaman ini seringkali masih dipersoalkan. Ironisnya, persoalan itu terkadang justru muncul dari para oknum tokoh yang sering menggunakan media sosial sebagai dakwah. 

Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak dakwah yang disebarluaskan melalui media sosial. Hal ini tentu merupakan hal yang positif. Masyarakat bisa mendengarkan dakwah kapan saja dan dimana saja. Namun yang menjadi persoalan jika materi dakwahnya tersebut berisi ujaran kebencian, provokasi dan ajakan diskriminasi.

Bukan permaksud untuk menjelekkan, menghasut atau yang lain, pernah ada kejadian tokoh yang dipandang memahami agama, justru menyebarkan kebencian di media sosial. Hal-hal yang bertentangan dengan dirinya dianggap menyesatkan. Hal yang bertentangan dianggak kafir. 

Dan ironisnya, ketika label tersebut diaktakan oleh seseorang yang dianggap tokoh tersebut, para pengikutnya seakan mempunyai legitimasi untuk melakukan diskriminasi.

Hal semacam ini harus disudahi. Karena pada faktanya, provokasi terus bermunculan dalam berbagai kondisi. Termasuk ketika memasuki tahun politik. 

Bahkan setelah presiden dan calon presiden terpilih ada pun, provokasi masih saja ada. Ironisnya, pihak-pihak yang merasa menang karena mendapatkan mandat, juga ikut mengcounter dengan sentimen kebencian. Mari kita sudahi semua ini. Para tokoh harus bisa menempatkan diri, karena segala tindak tanduknya akan dilihat oleh masyarakat.

Kita perlu merefleksikan ulang, bahwa keragaman yang ada di Indonesia ini merupakan anugerah, yang perlu kita jaga. Kita punya pengalaman konflik antar sesama yang dipicu oleh postingan di media sosial. 

Kita juga pernah punya pengalaman konflik, karena dipicu oleh provokasi kebencian. Kita juga pernah punya pengalaman, antar sesama bisa saling bunuh hanya karena politik adu domba penjajah. Mari kita introspeksi. Tak perlu lagi mempersoalkan perbedaan. Saatnya bersatu dalam keberagaman, demi Indonesia yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun