Beberapa waktu lalu, seluruh umat muslim di penjuru dunia baru saja merayakan hari raya Idul Adha. Di Indonesia disebut juga hari raya kurban. Di hari tersebut terjadi aktifitas penyembelihan hewan ternak, sebagai bentuk kurban dari umat muslim yang mampu. Daging binatang ternak tersebut kemudian dibagikan ke masyarakat. Bahkan, di beberapa daerah juga dibagikan ke masyarakat yang non muslim.
Idul Kurban merupakan simbol dari semangat berbagi secara berjamaah. Dan semangat berbagi, juga diajarkan oleh agama apapun, oleh suku apapun, dan budaya apapun. Berbagi disini tentu membagikan apa yang kita punya. Dalam konteks Idul Adha, berbagi yang dimaksud adalah berbagi binatang kurban yang kita punya.
Belajar memberikan apa yang kita sayang, memang tidak mudah. Jauh sebelum memberikan hewan kurban, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih anak kesayangannya. Karena ini merupakan perintah dari Allah, hal tersebut dipenuhi meski dengan berat hati. Di era sekarang, mungkin hal tersebut sulit dilakukan, apalagi ditujukan ke anak semata wayangnya. Namun, yang perlu diingat, apa yang kita punya di dunia ini pada dasarnya adalah milik Allah SWT.
Diantara kita, pasti mempunyai rasa memiliki yang sangat kuat terhadap suatu hal. Entah itu dalam bentuk barang atau yang lainnya. Tapi terkadang kita lupa, bahwa apa yang kita punya di dunia ini pada dasarnya adalah titipan. Ketika yang mempunyai menginginkan barang yang dititipkan tersebut, maka kita dengan suka rela harus memberikannya. Siapa yang punya barang titipan tersebut? Tentu saja yang punya adalah Allah SWT, yang menciptakan bumi dan seisinya.
Karena itulah, belajar merelakan kepemilikan yang ada di dunia ini penting untuk dilatih. Karena apa yang kita miliki di dunia tidak akan dibawa ketika meninggal. Sementara jika kita melihat apa yang terjadi saat ini, banyak terjadi konflik karena status kepemilikan. Ada yang main klaim, tapi ada juga yang mempertahankan haknya. Konflik yang terjadi, banyak bermula dari upaya untuk saling memiliki. Begitu juga dengan kekuasaan, tidak mau melepaskan karena sudah merasa memiliki.
Nabi Ibrahim diuji Allah SWT terkait kepemilikan anaknya, yang diminta untuk disembelih. Peristiwa itulah yang kemudian diperingati sebagai hari raya kurban dalam ajaran Islam. Kita semua harus bisa belajar melepaskan dan merelakan apa yang sejatinya milik Allah SWT. Penyembelihan hewan kurban merupakan simbol kita merelakan apa yang kita miliki, untuk dibagikan ke semua orang.
Mari kita semua melakukan introspeksi. Apakah selama ini kita merelakan kepemilikan yang kita punya? Apakah kita masih sulit untuk berbagi atau beramal? Atau apakah selama ini kita masih merasa cinta terhadap benda atau hal yang kita raih? Jika iya, mari kita melihat semuanya itu secara utuh dan obyektif. Pangkat, jabatan atau kekuasaan memang perlu kita raih tapi bukan berarti hal tersebut segalanya. Barang yang kita impikan memang penting untuk didapatkan, tapi hal tersebut juga bukan segalanya. Ingat, kita bisa mendapatkan semua tersebut sepenuhnya atas izin Allah SWT. Seberapa pun kita berusaha, jika Allah tidak mengizinkan, maka tidak akan tercipta.
Karena itulah mari kita membiasakan semangat berbagi antar sesama. Dengan saling berbagi, tidak hanya memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri dengan Allah SWT, juga bisa meringankan beban tetangga, teman atau saudara. Mari belajar untuk melepaskan rasa kepemilikan yang berlebihan di dunia ini. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H