Tak dipungkiri penyebaran bibit radikalisme saat ini terus terjadi berbagai lini kehidupan. Ironisnya, masih banyak masyarakat yang belum menyadarinya. Provokasi melalui media sosial terus terjadi, tanpa kita semua menyadarinya. Salah satunya adalah meraknya pesan kebencian diberbagai lini. Mulai dari pesan berantai, status, hingga ke media sosial dalam bentuk visual atau video. Bibit kebencian inilah yang kemudian memudahkan masuknya paham intoleransi dan radikalisme.
Tidak hanya melalui media sosial, penyebaran bibit radikalisme kini juga mulai menyusup ke berbagai sektor, lembaga, bahkan pemerintahan. Pernah ada pemberitaan yang menyatakan pernah ditemukan buku yang berisi tentang jihad dengan carab om bunuh diri di buku pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada juga di tingkat SD, SMP, SMU hingga perguruan tinggi, yang terpapar. Tidak hanya siswa, tenaga pengajar atau dosen pun, juga ada yang terpapar.
Beberapa waktu lalu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga menyebutkan bahwa dalam 20 tahun terakhir, setidaknya terdapat 198 pondok pesantren yang terafiliasi dengan jaringan terorisme. Oknum dalam pesantren tersebut terlibat dalam aksi terorisme.Â
Kelompok radikal langsung menyebutkan BNPT tidak pro Islam, tidak berpihak dengan pesantren, tidak ini, tidak itu. Kenapa mereka melontarkan pernyataan tersebut? Tentu mereka ingin menutupinya. Perlu disadari, selama ini kelompok radikal bahkan jaringan teroris, selalu berlindung dibalik kedok agama.
Pernah juga berita menyebutkan pegawai negeri sipil juga terpapar radikalisme. Bahkan polisi pun juga ada yang terpapar radikalisme.Â
Hal ini membuktikan bahwa radikalisme bisa menyasar siapa saja. Tidak peduli apa latar belakang pekerjaan dan Pendidikan. Dari yang masyarakat biasa hingga yang luar biasa, bisa terpapar radikalisme. Bibit radikalisme bisa datang dari mana saja. Untuk itulah pentingnya sebuah kesadaran Bersama, untuk terus meningkatkan kewaspadaan.
Sejak saat berpikirlah secara logis dan terbuka. Jangan merasa paling benar dan menganggap orang atau kelompok lain sebagai pihak yang sesat.Â
Hilangkan bibit kebencian tersebut dalam diri. Karena bibit itu akan mendekatkan diri kalian pada radikalisme. Tidak usah menuduh pemerintah sesat, tidak pro Islam atau yang lainnya. Mayoritas masyarakat Indonesia Islam, apakah tepat tudingan tidak berpihak terhadap Islam?Â
Mayoritas yang duduk di pemerintahan beragama Islam, apakah tudingan tersebut cukup beralasan? Sekali lagi mari memperkuat literasi dengan berbagai informasi, agar kita punya informasi pendukung. Adakah kebijakan yang keluar selama ini mendiskriminasikan umat Islam?