Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setop Propaganda Khilafah dalam Solidaritas Palestina

26 Mei 2021   22:33 Diperbarui: 26 Mei 2021   22:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Konflik yang terjadi Palestina, selalu saja mendapatkan perhatian yang sangat serius bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat bawah, elit politik, hingga pemerintahan bahkan presiden, juga memberikan reaksi terhadap aksi kekerasan yang terjadi di Palestina. Bentuk dukungan solidaritas ini pun juga bermacam. Ada yang melakukan penggalangan dana, menyalurkan makanan dan minuman, pakaian, atau yang lainnya. Indonesia juga mendirikan rumah sakit di Palestina untuk membantu masyarakat disana.

Solidaritas dan dukungan masyarakat Indonesia memang tidak perlu diragukan lagi. Berbagai macam kepentingan tentu juga menyelimuti dibalik dukungan tersebut. Ada yang murni untuk kepentingan kemanusiaan, namun ada juga yang hanya sebatas mendapatkan simpat. Ada juga yang ingin menebarkan propaganda khilafah. Yang terakhir ini seringkali muncul setiap isu yang dihubungkan dengan keagamaan. 

Bagi sebagian orang, konflik yang terjadi di Palestina dianggap sebagai konflik agama, antara muslim dan yahudi. Padahal, hal tersebut sama sekali tidak benar. Karena baik di Palestina ataupun Israel pun, pada dasarnya merupakan negara yang heterogen, terdiri dari beberapa agama.

Ironisnya, konflik Palestina ini seringkali dibelokkan oleh kelompok intoleran dan radikal, untuk terus mempropagandakan radikalisme dan khilafah. Modus terselebung ini pada dasarnya bukanlah hal yang baru. Di Indonesia, kelompok radikal memang seringkal menyusup dengan memanfaatkan moment tertentu, untuk bisa mempropagandakan radikalisme.

Ketika Indonesia terjadi konflik Ambon, kelompok radikal juga menyusup dan memprovokasi masyarakat agar terus berkonflik. Ketika konflik terjadi, mereka seperti punya dasar untuk melakukan jihad yang mereka maknai sendiri. Ketika konflik terus terjadi, pemerintah akan terus diserang dan dianggap tidak bisa mengantisipasi konflik. Dan pada titik inilah, khilafah dimunculkan dan dianggap menjadi solusi. Memang modus ini selalu berulang. Tapi faktanya ada saja dari masyarakat yang terus terprovokasi dan menjadi korban dari informasi menyesatkan tersebut.

Tidak hanya propaganda radikalisme, kelompok ini juga seringkali menggunakan solidaritas Palestina untuk menggalang dana. Masyarakat juga harus lebih cerdas, ketika menyalurkan dananya untuk solidaritas Palestina. Jangan sampai menyalurkan kepada pihak-pihak yang tidak jelas. 

Saat ini sudah banyak lembaga-lembaga resmi, yang kredibel, dan jelas menyalurkan bantuannya untuk Palestina. Namun, bagi pihak-pihak yang menyalahgunakan, tidak menutup kemungkinan dana solidaritas tersebut disalahgunakan untuk kepentingan yang lain.

Membantu Palestina memang harus dilakukan, tapi mewaspadai adanya pihak-pihak yang memanfaatkan kepentingan ini, juga harus dilakukan. Aksi solidaritas jalanan rawan sekali disusupi oleh simpatisan HTI dan FPI yang memunculkan isu khilafah. Meski kedua organisasi ini telah dilarang, ideologi mereka yang mengusung khilafah nampaknya tidak serta merta hilang. Dan terbukti, symbol-simbol khilafah dalam beberapa hal masih suka muncul.

Mari kita jaga Bersama. Jangan kotori solidaritas Palestina ini dengan isu-isu yang menyesatkan. Jangan kotori solidaritas ini dengan kepentingan yang tidak murni. Mari kita saling menjaga, kita saling mengingatkan, dan saling menebar solusi bukan provokasi. Karena konflik tidak akan reda, jika amarah para pihak dan provokasi masih terus terjadi. Salam toleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun