Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari 2020, Setop Eksploitasi Agama untuk Kepentingan Apapun

14 Januari 2021   23:18 Diperbarui: 14 Januari 2021   23:31 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Indonesia - by fadjar, kompasiana.com

Tahun 2020 memang telah berlalu. Banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Di tengah pandemi covid-19, masih saja ada pihak-pihak yang melakukan eksploitasi agama untuk tujuan tertentu. Ada saja orang yang mengaku paham agama, lalu mengajak orang lain berubah, tapi dengan cara memberikan pemahaman yang salah. Ada saja orang yang paham agama, tapi ucapan dan perilakunya justru bertolak belakang dengan ajaran agama.

Dunia maya seringkali berisi kegaduhan, karena terprovokasi oleh informasi yang membawa sentimen keagamaan, tapi justru menyesatkan. Seringkali ada tokoh yang meneriakkan takbir, tapi justru melakukan ajakan untuk menebar kebencian. Seringkali melontarkan ajakan jihad, tapi seringkali jihad yang dimaksud adalah melakukan perilaku intoleran, bahkan ada juga yang mengarah pada tindakan terorisme.

Di tahun 2020, pernah muncul sentimen kriminalisasi ulama. Karena ada salah satu tokoh agama, yang berurusan dengan yang berwajib. Padahal, penegakan hukum bisa menyasar siapa saja. Yang bersalah, harus ditindak dan diproses secara hukum, siapapun itu.

Jika ada tokoh agama yang kebetulan diproses secara hukum, bukan berarti dikriminalkan. Bisa jadi karena yang bersangkutan terbukti melanggar pasal-pasal dalam aturan hukum. Persoalannya, masih saja ada pihak atau oknum tertentu yang menggunakan sentimen agama untuk membuat gaduh. Untuk membuat suasana yang kondusif menjadi tidak kondusif.

Menteri agama pernah mengatakan, agama semestinya bisa menjadi inspirasi, bukan menjadi aspirasi. Agama tidak pernah menakutkan, agama tidak pernah membuat pemeluknya khawatir atau menjadi seorang yang intoleran. Agama apapun bisa merangkul keberagaman. Jika agama tidak mempersoalkan keberagaman, para pemeluknya semestinya juga bisa menerapkan nilai-nilai yang ada dalam setiap ajaran agama.

Menegakkan ajaran Nabi tidak pernah berseberangan atau bertentangan dengan membela agama. Keduanya bisa saling menguatkan satu dengan yang lain. Terbukti sila pertama Pancasila menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar.

Itu membuktikan dasarnya adalah agama. Jika kita bisa memahami agama dengan benar, maka kita bisa saling memanusiakan, bisa menjaga persatuan, musyawarah dan berkeadilan sosial.

Di tahun 2021, tentu kita berharap tidak ada lagi sentimen agama untuk kepentingan apapun. Tokoh publik harus bisa menempatkan agama sebagai sumber inspirasi, bukan sumber aspirasi. Jangan catut agama untuk kepentingan apapun. Jangan pula atas nama menegakkan agama, bisa melakukan praktek intoleransi.

Jangan pula karena merasa agama mayoritas, bisa melakukan perbuatan tidak terpuji pada agama minoritas. Mari saling berdampingan, tanpa harus saling mencari kesalahan. Mari saling berlomba berbuat kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun