Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kedepankan Literasi Lawan Provokasi

5 November 2020   17:23 Diperbarui: 5 November 2020   17:26 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Provokasi, www.lintastotabuan.com

Kata literasi dan provokasi akhir-akhir ini memang sering muncul di dunia maya. Hal ini terjadi karena memang masih marak sekali aksi provokasi, yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab. Perilaku ini sengaja dilakukan untuk membuat masyarakat gaduh, galau, dan mudah terprovokasi. Dalam kondisi ini, provokasi yang dimunculkan umumnya untuk menyerang kepentingan tertentu atau pemerintahan.

Salah satu yang ramai jadi perbincangan adalah aksi unjuk rasa menentang UU Omnibus Law Cipta Kerja. Karena tidak maksimalnya sosialisasi pemerintah terkait UU tersebut, banyak dimanfaatkan oleh Sebagian oknum untuk membelokkan isu. Kondisi ini juga diperparah dengan perilaku elit yang dianggap tidak mewakili kepentingan masyarakat. Ketika elemen buruh memutuskan menolak dan berunjuk rasa dalam jumlah besar, disinilah potensi itu datang. Informasi menyesatkan mulai bermunculan. Sampai akhirnya aksi unjuk rasa tersebut berujung pada pembakaran fasilitas publik.

Beberapa hari kemudian, muncul pemberitaan terkait dugaan kesengajaan pembakaran halte busway. Bahkan dalam rekaman juru kamera, terekam kesengajaan salah satu oknum membakar tempat tersebut. Ketika para kepentingan para oknum ini mulai terkuak, mulai muncul pemberitaan yang berbeda lagi. Akibatnya, masyarakat yang tidak tahu menahu perihal undang-undang tersebut tidak pernah berpikir Panjang, karena sudah tersulit amarahnya. Hal itu merupakan contoh saja.

Di era kemajuan informasi yang begitu pesat, jika masih saja tidak mau membekali diri dengan informasi yang tepat, akan mudah terombang-ambingkan oleh informasi.

Dan ironisnya, informasi yang dipercayai tersebut adalah informasi bohong alias hoaks. Kenapa masih ada masyarakat yang mempercayai hoaks? Karena mereka tidak membekali dirinya dengan informasi yang utuh, yang terpercaya dan benar. Mereka tidak membekali dirinya dengan literasi yang cukup, yang membuat dirinya mudah percaya terhadap setiap informasi yang berkembang.

Karena itulah, membaca merupakan sebuah keniscayaan. Biasakan budaya baca sejak dari kecil. Setelah terlatih budaya baca, tahapan selanjutnya adalah gunakan nalar kalian. Gunakanlah sumber-sumber yang terpercaya, untuk dijadikan informasi pembading. Cek lah di media mainstream terkait informasi yang dimaksud. Kalau perlu tanyalah kepada ahlinya, untuk memastikan apakah informasi tersebut benar atau tidak. Sekali lagi, cek ricek dan meningkatkan literasi merupakan sebuah keharusan di era digital ini.

Menjadi pribadi yang cerdas, harus bisa dilakukan oleh semua orang apapun latar belakangnya. Seperti kita tahu, kelompok intoleran masih saja menyebarkan pesan menyesatkan. Meski petugas keamanan menangkap kelompok ini, tidak menyurutkan kebiasaan mereka untuk menebar provokasi dan hoaks. Logika masyarakat sengaja ditumpulkan dengan hal-hal yang bersifat keyakinan. Logika masyarakat ditumpulkan dengan hal-hal yang sifatnya sesat, kafir, ataupun anggapan yang lain. Akibatnya, sudut pandang yang terbangun adalah sudut pandang salah dan benar. Namun tidak pernah dibangun kenapa bisa salah atau kenapa bisa benar.

Kita semua perlu saling berdiskusi dan berinteraksi dengan pandangan yang terbuka. Jangan membatasi pola pikir dengan hal yang sifatnya sempit. Ingat, kita tinggal di negara yang tingkat keberagamannya sangat tinggi.

Aceh hingga Papua menyimpan berbagai keberagaman yang harus kita pahami, bukan kita caci karena dianggap sesat. Biarlah menjadi urusan Tuhan yang menyatakan sesat atau tidak. Tugas kita adalah saing memanusiakan, saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama. Dengan literasi kita akan terhindari dari segala bentuk provokasi, yang bisa mengikis toleransi dan kemanusiaan. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun