Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi dan Ujian Pengendalian Diri

21 Mei 2020   06:04 Diperbarui: 21 Mei 2020   06:01 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaga Jarak - suara.com

Tak terasa, sebentar lagi umat Islam di Indonesia akan segera merayakan hari raya idul fitri. Sebuah hari yang dinanti setelah selama satu bulan menjalankan ibadah puasa. Umumnya, jelang lebaran semua orang sibuk memesan tiket untuk mudik lebaran. Sibuk membeli baju untuk dibawa ke kampung halaman. 

Sibuk menukarkan uang receh untuk dibagikan ke para keponakan. Namun di tahun ini, aktifitas tersebut mendadak hilang. Karena pandemi, mudik lebaran dilarang. Karena pandemi, kita diminta untuk terus mengendalikan diri, agar tetap menjaga sosial distancing, cuci tangan, dan menggunakan masker ketika beraktifitas di luar rumah.

Pandemi covid-19 ini memang bikin semua orang di seluruh dunia pusing. Virus yang mematikan ini tidak hanya bisa membuat nyawa melayang, tapi juga bisa membuat perekonomian hancur berantakan. Dan semua negara sekarang ini, dibuat pusing untuk meredam dampak terburuk dari penyebaran covid ini. 

Di Indonesia sendiri, per 18 Mei 2020, setidaknya sudah terdapat 18.010 kasus positif, 12.495 dirawat, 1.191 meninggal, dan 4.324 sembuh. Tidak hanya itu, covid ini juga membuat banyak perusahaan tutup, karena ikut terdampak. Bahkan, potensi angka pengangguran meningkat hingga diatas 5 juta orang.

Banyak sektor terdampak, sehingga tidak sedikit dari masyarakat yang tidak punya pemasukan. Tidak sedikit dari masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Dan tidak sedikit dari masyarakat yang stress dan nekat keluar rumah untuk bisa menghidupi keluarganya. Sementara disisi lain, pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Sebuah aturan yang membatasi pergerakan orang di luar rumah. Dampak dari aturan ini, pusat berbelanjaan tutup, sekolah libur dan sistem belajar diganti secara online, kantor tutup, tempat ibadah tutup, dan lain sebagainya. Akibat penutupan semua itu, tidak ada pergerakan orang, namun juga tidak ada pergerakan uang, alias tidak ada pergerakan perekonomian.

Suka tidak suka, kondisi inilah yang akan kita hadapi kedepan. Terlebih badan kesehatan dunia WHO telah menyatakan covid tidak akan bisa hilang. Muncul kemudian istilah presiden Joko Widodo, kita harus hidup berdampingan dengan covid-19. Lalu, apakah pelonggaran ini PSBB itu ada korelasinya dengan berdampingan dengan covid? 

Saya melihatnya tidak. Bisa jadi pelonggaran dimaksudkan agar ada perputaran perekonomian, setelah berhenti karena PSBB. Namun, pelonggaran itu harus tetap diikuti dengan pemberlakukan protocol kesehatan, seperti social distancing, menggunakan masker dan lain sebagainya.

Meski wacana pelonggaran PSBB menguat, mari kita belajar mengendalikan diri, untuk belajar mengedepankan protocol kesehatan. Jika nanti belanja ke pusat perbelanjaan, tetap gunakan masker. Jika memang nanti harus pergi untuk urusan yang penting, tetap jaga jarak dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang mungkin disebut 'new normal.' Karena covid tidak akan hilang, suka tidak suka pola hidup kita juga harus ikut berubah menjadi pola yang mengedepankan protocol kesehatan. Jelang lebaran Idul Fitri, mari kita renungkan bersama. Untuk bisa mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya, tetaplah melakukan pengendalian diri di masa pandemi ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun