Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biasakan Saling Menghargai, Bukan Saling Mencaci Maki

3 Januari 2020   07:35 Diperbarui: 3 Januari 2020   07:41 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - inforepublik.com

Tahun 2019 telah berlalu. Kini memasuki tahun 2020 yang diharapkan lebih baik dari tahun sebelumnya. Di tahun ini, tentu kita ingin tidak ada lagi hal-hal yang bisa membuat kita terjerumus.

Kita ingin tahun ini tidak ada lagi ujaran kebencian yang begitu marak di tahun 2019. Karena penyebaran ujaran kebencian terbukti mampu merusak kerukunan antar umat beragama. Kebencian hanya akan mendekatkan diri pada perbuat buruk, dan menjauhkan pada kebaikan.

Jika kita kita berkaca pada 2019, kebencian telah melahirkan saling caci bahkan persekusi. Kebencian yang berlebihan juga bisa melahirkan tindakan radikal. Berbagai aksi teror yang dilakukan jaringan teroris, juga dilandasi rasa kebencian yang tak terkendalikan kepada pihak tertentu.

Kebencian yang tak terkontrol, akan menghilangkan logika dalam diri. Dan ketika logika sudah tidak ada, maka rasa saling menghargai dengan sendirinya akan terkikis. Orang lain yang berbeda pandangan, akan selalu dianggap sebagai pihak yang salah.

Perilaku semacam ini harus disudahi di tahun 2020 ini. Tidak boleh lagi ada perasaan paling benar sendiri. Karena kebenaran pada dasarnya milik Allah SWT. Kita, manusia adalah gudangnya kesalahan.

Karena itulah kita dianjurkan untuk terus belajar, terus introspeksi, agar dalam saling interaksi dengan orang lain kita bisa saling memahami satu dengan yang lain. Kenapa saling memahami penting? Karena Allah SWT menciptakan manusia satu dengan manusia yang lain saling berbeda. Bumi dan seisinya ini juga diciptakan dengan penuh keanekaragaman, yang harus kita pahami sebagai anugerah.

Saat ini, di era yang penuh dengan kemajuan teknologi, informasi masuk begitu pesatnya. Sayangnya, informasi yang berkembang tersebut tidak sepenuhnya baik. Ada juga informasi hoaks, yang sengaja di sebarkan untuk membuat masyarakat bingung. Ketika kebingungan itu terjadi dan bertemu dengan provokasi, maka kebenaran bisa berubah menjadi kebohongan. Begitu juga sebaliknya.

Untuk itulah, mari kita terus melakukan introspeksi. Kita adalah orang Indonesia. Karena itu jangan lupakan nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan karakter budaya masyarakat Indonesia. Budaya Indonesia, sejak dari dulu mengajarkan untuk saling menghargai. Tidak ada budaya saling membenci yang melekat di semua suku yang ada. Semua suku mengajarkan toleransi. Nilai-nilai itulah yang kemudian diadopsi dalam Pancasila.

Setelah paham tentang siapa diri kita, gunakan logika kita dalam bertutur dan bersikap. Apa yang kita rasakan jika semua orang saling menghargai? Dan apa yang dirasakan jika semua orang saling mencaci maki? Jika kita semua sepakat mencaci tak ada gunanya, dan berpotensi merusak kerukunan yang telah ada, maka tinggalkanlah perilaku tersebut.

Jika kita kesal dengan orang lain, tak perlu saling caci. Tinggal kita bicara secara baik-baik. Belajarlah saling mengendalikan diri dan menghargai orang lain. Karena sikap tersebut merupakan ciri khas masyarakat Indonesia. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun