Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Berperan Aktif Menangkal Bibit Radikal Sejak dari Keluarga

20 Maret 2019   06:50 Diperbarui: 20 Maret 2019   13:28 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peranan perempuan sebenarnya tidaklah ringan. Perempuan tidak hanya melahirkan, tapi juga harus memberikan pendidikan yang tepat ke anak-anaknya. 

Jika pendidikan tersebut sudah salah sejak dari kecil, maka si anak pun berpotensi bisa menjadi pribadi yang tidak baik di kemudian hari. Tumbuh kembangnya anak tergantung bagaimana orang tua mendidiknya. 

Kasih sayang dan perhatian seorang ibu akan mempengaruhi bagaimana si anak bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang kurang mendapatkan perhatian, umumnya akan mencari perhatian di luar rumah. Bentuknya pun bisa bermacam-macam. Ada yang positif, tapi tidak sedikit yang negatif.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, penyebaran hoax dan ujaran kebencian begitu massif di media sosial. Penyebaran itu dilakukan untuk tujuan politik, atau hanya karena persoalan suka tidak suka. 

Banyak di media sosial anak muda memutuskan tali pertemanan, hanya karena tidak suka dengan temannya. Banyak orang dewasa memutuskan tali silaturahi, hanya karena persoalan perbedaan ideology, perbedaan pilihan politik, bahkan ada juga yang karena perbedaan agama. 

Padahal, Indonesia adalah negara yang majemuk. Berbeda pandangan, ideology, pandangan dan agama, seharusnya menjadi hal yang lumrah. Karena Indonesia dari awal adalah negara yang penuh keragaman.

Bibit kebencian dan kebohongan ini, akan mendekatkan generasi muda kita pada perilaku intoleran dan radikal. Jika hal ini terjadi, akan bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk melakukan serangkaian aksi teror.  

Dan jika hal ini terjadi, maka generasi toleran yang seharusnya bisa membawa kemajuan Indonesia kedepan, akan terkikis oleh menguatnya bibit radikal. 

Karena kita tahu, bibit radikal ini terus menyebar ke seluruh lini kehidupan dengan berbagai cara. Lihat saja, para pelaku terorisme, bisa menyasar orang dari kalangan apa saja.

Disinilah peran semua pihak untuk memutus bibit intoleransi dan radikalisme ini. Dan salah satu yang punya peranan kuat untuk melakukan itu adalah ibu. Posisi ibu sangat vital untuk mempengaruhi tumbuh kembangnya anak kedepan. 

Ketika ibu memberikan pendidikan yang salah, anak akan tumbuh menjadi orang yang tidak baik. Ibu minim memberikan perhatian dan kasih sayang, maka anak akan bisa mencari perhatian di luar keluarga. 

Sebaliknya, jika ibu bisa memberikan pendidikan karakter yang kuat, maka anak pun juga akan mengikuti apa yang diajarkan. Kenapa? Karena surga ada dibawah telapak kaki ibu.

Banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran. Pekan kemarin, seorang ibu memilih meledakkan diri karena akan ditangkap oleh polisi. Ibu ini adalah istri dari Abu Hamzah, jaringan teroris Sibolga, yang merupakan bagian dari kelompok JAD. 

Beberapa tahun sebelumnya, seorang ibu juga tertangkap akan meledakkan diri di Istana negara dengan bom pancinya yang sangat terkenal itu. Masih segar dalam ingatan, bagaimana seorang ibu mengajak anak-anaknya untuk meledakkan sebuah gereja di Surabaya. 

Jelas ini merupakan contoh yang salah dan tidak patut ditiru. Karena ibu mempunyai peranan yang sangat penting, untuk tumbuh kembangnya generasi berikutnya. 

Contoh lagi, Akbar, seorang anak Indonesia yang belajar di Turki, akhirnya memutuskan tidak jadi bergabung ke kelompok ISIS, karena ingat pesan ibunya agar menjadi anak yang sholeh. 

Mari kita bersama-sama dengan para ibu di seluruh dunia, untuk menanamkan pesan damai, agar anak-anak kita tidak menjadi korban provokasi dan propaganda kelompok radikal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun