Tahun 2018 telah berlalu. Berbagai kesedihan telah kita lewati. Bencana alam terus berdatangan hingga di penghujung tahun. Ujaran kebencian juga terus bermunculan disepanjang 2018. Akibatnya, keramahan yang menjadi karakter masyarakat menjadi pupus dan berubah menjadi amarah yang membabi buta.Â
Tahun 2018 merupakan tahun politik, yang juga dihiasi praktek saling menjatuhkan pasangan calon. Menaikkan dan menurunkan elektabilitas dengan kampanye negative dan hitam, masih saja kita temukan. Berbagai perilaku tidak baik di tahun 2018, tentu kita berharap tidak terjadi di tahun mendatang.
Di tahun 2019, semangat saling menebar kebencian, semangat untuk saling menjatuhkan, ataupun semangat untuk melakukan persekusi tidak boleh terjadi lagi. Tahun 2019 merupakan tahun penentuan bagi kita untuk bisa menentukan pemimpin yang tepat pada lima tahun kedepan. Biarkanlah masyarakat berproses dan berdialektika untuk menentukan pilihan. Bantulah masyarakat dengan memberikan ide dan gagasan yang ditawarkan oleh pasangan calon. Diskusi tentang program jauh lebih bermanfaat dibandingkan mendiskusikan tentang kejelekan pasangan calon.
Ingat, Indonesia adalah negara besar. Negara yang mempunyai ribuan suku dan budaya serta adat istiadat. Semuanya itu merupakan anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus tetap kita jaga dan lestarikan. Jika saat ini politik identitas terus menguat, bukan berarti mayoritas yang harus menang. Bukan berarti Islam yang menjadi pemenang dan semuanya harus serba Islami. Betul Indonesia berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.Â
Namun Indonesia bukanlah negara Islam. Indonesia adalah negara yang beragama, yang mengakui banyak agama. Karena faktanya, selain Islam, juga ada masyarakat Indonesia yang memeluk Katolik, Protestas, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan
Ayo kita lupakan segala contoh buruk yang terjadi selama 2018. Ayo kita isi tahun 2019 ini dengan ucapan dan perilaku yang sesuai dengan adat dan budaya bangsa. Kuatkan nilai toleransi dan saling menghargai, yang merupakan budaya warisan leluhur. Menguatkan kebencian hanya akan membuat negeri ini hancur.Â
Memelihara kebencian hanya akan mendepaktkan diri pada praktek intoleransi dan radikalisme. Masyarakat Indonesia sejatinya bukanlah masyarakat pembenci. Tidak ada budaya di negeri ini yang melanggengkan kebencian. Bahkan, hampir setiap budaya yang melekat pada masing-masing suku, mempunyai budaya untuk saling memaafkan.Â
Dalam agama yang dianut masyarakat Indonesia pun, juga mengajarkan hal yang sama. Karena itulah, tak ada alasan mememihara kebencian di bumi Indonesia.
Mari kita gunakan awal 2019 ini, untuk melakukan track record kepada calon pemimpin yang bertarung pada pilpres dan pileg April mendatang. Hal ini penting karena nasib negeri ini sangat bergantung pada pemimpin yang amanah, jujur, berintegritas dan bertanggungjawab.Â
Jika kita hanya diam atau saling menebar kebencian, niscaya pemimpin yang lahir bukanlah pemimpin seperti yang kita harapkan. Dan jika pemimpin yang lahir bukanlah pemimpin yang amanah, maka penyelesan yang akan kita tanggung selama 5 tahun kedepan. Dan dampaknya tidak hanya kepada kita sendiri saja, tapi bagi seluruh masyarakat Indonesia.Â
Karena itulah, hilangkan bibit kebencian dalam diri dan lingkungan sekitar. Karena bibit kebencian hanya akan melahirkan kebencian baru dan kehancuran. Salam.