Kedatangan Raja Salman ke Indonesia, memberikan perhatian tersendiri bagi rakyat Indonesia. Tidak hanya jumlah rombongan yang ikut mencapai 1500 orang, kunjungan ini merupakan kunjungan bersejarah setelah 47 tahun, raja Arab Saudi tidak mengunjungi Indonesia. Namun dibalik kunjungan akbar ini, ada sebuah momen yang tidak biasa dalam kedatangan raja Salman kemarin. Yaitu ketika peristiwa Raja Salman menyalami Basuki Tjahaja Purnama. Seorang non muslim, yang sering mendapatkan tentangan dari warga ibukota hanya karena persoalan perbedaan latar belakang.
Raja Salman mungkin tidak tahu siapa Ahok. Namun bagi kita warga negara Indonesia, sudah semestinya bisa menjadikan pembelajaran terkait foto salaman raja Salman dengan Ahok. Kenapa? Banyak orang yang menentang Ahok karena dia minoritas. Namun raja Arab Saudi tidak pernah mempersoalkan hal itu. Raja Salam dikenal sebagai raja yang tegas dan ramah. Meski keberagaman di Arab Saudi tidak sebesar di Indonesia, Raja Salman tetap memberikan ruang kepada pihak-pihak lain. Termasuk kelompok Syiah yang sering mendapatkan tentangan di negara luar. Kelompok ini bisa tetap menunaikan haji, seperti layaknya masyarakat muslim dari berbagai negara.
Secara tidak langsung, foto tersebut memberikan pesan toleransi yang begitu kuat. Bahwa antara muslim dan non muslim tetap harus saling menghormati. Perbedaan tidak seharusnya dimaknai sebagai sumber persoalan. Sebaliknya, perbedaan sudah semestinya dirangkul, agar kita bisa saling mengerti dan memahami. Dan seorang raja Salman, secara tidak sadar telah memberikan pembelajaran yang berharga bagi warga negara Indonesia, yang saat ini sedang bertarung melawan praktek intoleransi. Kasus dugaan penodaan agama yang berpotensi bisa memecah belah bangsa, seakan luluh begitu saja ketika melihat Raja Salman memberikan salam kepada Ahok.
Tidak hanya itu, setelah bertemu dengan para ulama di istana negara, Raja Salman juga dijadwalkan bertemu dengan tokoh lintas agama. Lagi-lagi, hal ini merupakan contoh yang kuat, bahwa Islam tidak pernah mempersoalkan perbedaan agama. Tidak dipungkiri, di Indonesia masih ada praktek intoleransi, yang membuat ada tembok penghalang antara muslim dan non muslim. Ada yang mengatakan bersalaman dengan yang berbeda agama dilarang, berdialog tidak mau, bahkan berkunjung juga merupakan hal yang tidak dianjurkan. Jika kita melihat Raja Salman yang akan berdialog dengan tokoh lintas agama, apakah kita masih tetap mempersoalkan perbedaan itu? Mari kita saling introspeksi diri.
Sudah semestinya, toleransi yang menjadi ciri khas negeri ini tetap terjaga. Mari kita jadikan kunjungan Raja Salman ini sebagai momentum, untuk memperbaiki toleransi yang mulai terkikis oleh praktek intoleransi. Tidak ada gunanya saling menghujat atas nama apapun. Baik itu atas nama pribadi, atas nama politik, ataupun atas nama agama sekalipun. Tidak ada gunanya pula terus mengumbar kebencian. Karena kebencian terhadap suatu kaum, akan menghilangkan akal dan logika kita sebagai manusia. Kebencian telah menutup sifat manusiawi kita.
Sekali lagi, boleh berbeda latar belakang keyakinan, tapi toleransi tetap harus diutamakan. Boleh saling berdiskusi dengan tokoh lintas agama, agar kerukunan antar umat beragama tetap terjaga. Ingat, radikalisme dan toleransi terus menjadi ancaman semua negara. Jika kerukunan antar umat tidak dijaga, radikalisme dan terorisme akan membuat kondisi negeri ini semakin kacau. Semoga tulisan pendek ini bisa menjadi renungan kita bersama. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H