Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Karena Perbedaan Itu, Kita Saling Mengenal

4 Februari 2016   14:36 Diperbarui: 4 Februari 2016   16:25 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.andriewongso.com"][/caption]Memperkenalkan diri, adalah tindakan yang sering kita lakukan pertama kali, ketika masuk dalam lingkungan baru. Lingkungan baru ini bisa diartikan sebagai sekolah, tempat bekerja, komunitas, atau yang lainnya. Kenapa perlu memperkenalkan diri? Karena pada prinsipnya, manusia itu berbeda-beda. Dari namanya saja berbeda, apalagi perilakunya. Bahkan, anak kembar pun, juga harus memperkenalkan nama, dalam berinteraksi. Biar yang lainnya juga bisa membedakan, mana yang A dan mana yang B.

Sejarah juga mengajarkan, Indonesia, juga sudah penuh dengan perbedaan jauh sebelum diproklamirkan menjadi negara. Melalui perbedaan itulah, menuntut untuk saling mengenal antar sesama. Ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua, saling memperkenalkan diri dan melebur dalam konsep negara kesatuan, yaitu Indonesia. Meski suku-suku itu memiliki bahasa lokal masing-masing, mereka menyepakati bahwa bahasa nasionalnya adalah bahasa Indonesia. Tidak ada egoisme. Yang ada adalah kesetaraan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Contoh diatas merupakan bukti, perbedaan, tidak melahirkan perpecahan. Perbedaan bisa melahirkan persatuan. Disisi lain, ada kelompok tertentu, yang memang ingin berbeda, tapi justru memaksakan kehendaknya. Sebut saja seperti kelompok-kelompok radikal, yang ingin memaksakan paham yang mengatasnamakan agama, agar diterapkan oleh orang lain. Jika ada masyarakat yang tidak sepaham, justru dianggapi ‘kafir’. Anggapan kafir inilah, yang akhirnya melegalkan tindakan teror dengan alasan jihad.

Beberapa artikel menyebutkan, dalam Islam sebenarnya tidak mempermasalahkan perbedaan. Perbedaan justru dianggap sebagai rahmat. Islam mengayomi segala bentuk perbedaan suku bahkan agama. Madinah, yang dibawah kepemimpinan Rasulullah ketika itu, merupakan salah satu negara yang majemuk dengan latar belakang penduduk beraneka ragam. Suku Arab Quraisy, suku arab Islam asli Madinah, suku arab Islam dari wilayah lain, Yahudi Madinah, dan suku arab yang belum menerima Islam, ada di Madinah ketika itu. Mereka bisa hidup dengan damai dan sejahtera. Seluruhnya dapat hidup berdampingan.

Perbedaan merupakan desain Allah, agar manusia bisa saling mengenal. Dalam QS Al Hujurat 49:13 disebutkan, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu, dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal."

Karena itulah, tidak masuk akal, jika masih ada anggapan bahwa perbedaan menjadi alasan untuk bertikai. Sila keempat Pancasila mengajarkan, agar mengedepankan musyawarah untuk mendapatkan solusi bersama. Mungkin, kelompok kelompok tertentu, yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, sepertinya harus melihat lagi sejarah. Ingat, Indonesia dibangun berdasarkan keberagaman. Dan Islam, juga merupakan agama yang universial, yang menghargai adanya perbedaan.

Mari, kita saling berbuat kebajikan seperti yang diajarkan Rasulullah. Tugas manusia bukan memaksakan keragaman menjadi keseragaman. Mari kita jadikan keragaman itu, sebagai rahmat dalam kerukunan yang harmonis. Saling menhargai, tidak saling merendahkan, ataupun menyakiti. Saatnya berloma melakukan kebajikan, bukan mencari keburukan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun