Mohon tunggu...
Budi Kurniawan
Budi Kurniawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung

Pemerhati ekonomi-politik dan kebijakan publik, meraih gelar master public policy dari The Australian National University

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar Politik Dari Pilkada Lampung

14 Desember 2015   21:42 Diperbarui: 14 Desember 2015   22:52 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada 8 daerah kabupaten dan kota di Lampung yang menyelenggarakan Pilkada. Dari 8 daerah itu pilkada Lampung menarik dengan kekalahan 3 pertahana dan kemenangan 1 pertahana. Ada juga calon bupati yang bepindah menjadi walikota. Ada pula dua anggota DPR yang bertarung dan bertaruh jabatan kursi empuk DPR. Yang paling fenomenal adalah kemenangan wanita pertama dalam pilkada di daerah berbasis santri dan transmigran Jawa. Fenomena yang menarik dari Lampung adalah masih adanya politik ethnis dan pilkada membawa angin segar dengan tumbangnya pertahana yang berarti pemilih semakin rasional.

Masih adanya sentiment ethnic

Pilkada kali ini berbeda dengan pilkada sebelumnya dilihat dari monopoli KPU dalam pemasangan alat peraga kempanye termasuk iklan di media. Akibatnya pilkada terkesan sepi dari spanduk dan baliho. Namun, ada dampak positif yakni berkurangnya kontestasi modal dalam pilkada. 

Salah satu dampak dari suasana kempanye yang sepi ini adalah pengenalan pemilih terhadap calon dipaksa dilihat dari sisi lain diluar kekuatan modal. Dan sebagai daerah yang multi etnis, Lampung kemudian menjadi seksi bagi tim kempanye untuk memainkan isu etnis. Hal ini kemudian dapat dibuktikan dengan kekalahan Abdul Hakim, mantan anggota DPR RI dari PKS di Kota Metro. 

Abdul Hakim adalah sosok non Jawa yang oleh partainya ditugaskan bersaing di Kota Metro yang mayoritas transmigran asal Jawa. Kekalahan Abdul Hakim bisa dikatakan karena faktor ethnis. Basis Abdul Hakim bukanlah di Metro tetapi di Bandar Lampung. Dia sempat berpartisipasi di pilkada tahun 2005 di Bandar Lampung dan memenangi putaran pertama namun kemudian kalah di putaran kedua.

Abdul Hakim dikalahkan Pairin, bupati Lampung Tengah yang kemudian pindah mencalonkan diri ke kota Metro. Pairin dianggap lebih Jawa dan mengenal kota Metro (dulu Metro ibukota Lampung Tengah) ketimbang Abdul Hakim yang lebih banyak berdomisili di Jakarta. Kesan ketidaktahuan Abdul Hakim akan kondisi Metro terlihat dari terungkapnya visi misi Abdul Hakim yang jiplakan visi misi Ridwan Kamil di Bandung oleh elemen masyarakat sipil kota Metro.

Evaluasi Pemilih Terhadap Pertahana

Salah satu berita baik bagi demokrasi di Lampung adalah semakin rasionalnya pemilih dalam pilkada kali ini. Pilkada adalah penghakiman yang setimpal bagi incumbent yang gagal dan tidak melakukan prestasi dalam pemerintahannya. Kekalahan Ryco Mendoza di Lampung Selatan, Arisandi di Pesawaran dan Bustami di Way Kanan adalah bukti bahwa kepala daerah yang gagal dalam pembangunan akan tidak dipilih kembali oleh masyaratnya.

Ryco Mendoza duduk di kursi bupati Lamsel tidak lepas dari peran ayahnya gubernur Lampung saat itu, Syahroedin. Ryco yang sempat berpekara di MK dalam kasus suap Akil Mohtar dilalahkan oleh Zainudin Hasan yang merupakan adik kandung Zulkifli Hasan ketua PAN dan ketua MPR yang ia kalahkan di pilkada sebelumnya yang berujung di pengadilan MK. Ryco kehilangan citra positifnya ketika ia membangun patung kakeknya, gubernur Lampung pertama di kota Kalianda dengan menghabiskan dana APBD milyaran rupiah. Masyarakat pun protes dan membakar dan merubuhkan patung itu. Ingatan akan persitiwa ini masih kuat di masyarakat ditambah dengan minimnya pembangunan infrastruktur yang memadai di daerah ini.

Kegagalan pertahana di Pesawaran dan Way Kanan umumnya karena ketidak berhasilan mereka menghadirkan negara dalam pembangunanan infrastruktur. Hal yang berbeda di kota Bandar Lampung. Herman HN walikota  pertahana mampu menghadirkan pembangunan yang kelihatan yakni infrastruktur seperti jalan layang. Hal ini yang kemudian membuat dia menang mutlak selain karena memang tidak ada calon yang sepadan akibat aksi borong partai yang dia lakukan.

Munculnya Wanita Muda Menjadi Bupati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun