Mohon tunggu...
Budi Wibowo Abdurahman Bin Auf
Budi Wibowo Abdurahman Bin Auf Mohon Tunggu... -

Saya warga Bogor, alamat: Jl.Melati III no 11-Tajur-Bogor Timur Saya pengamat transportasi dan praktisi tour and travel. website saya: http://www.budi-timcompany.com dan http://www.health1lifes.com Semua yang saya tulis berkenaan tentang Bogor dan Kesehatan (health care).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Kita Singgah Sejenak

3 Maret 2010   01:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:39 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bismillahirohmanirrohiim

Bayangkanlah bila suatu ketika ada seorang menjanjikan hadiah berupa sebuah rumah mewah dengan isinya. Begitu indah dan sempurnanya rumah itu, sehingga baru membayangkannya saja, Anda sudah merasakan suatu kenikmatan dan kebahagiaan tersendiri. Rumah itu terletak di Kota A dan anda diminta untuk pergi sendiri ke sana. Diberinya anda sejumlah ongkos untuk bekal selama perjalanan sampai ketujuan. Tetapi ditengah perjalanan nanti anda diminta singgah terlebih dahulu di sebuah Kampung. Ya sekedar singgah sejenak.

Sungguh termasuk orang yang malang apabila sampai di kampung tersebut anda malah terpana dan lalu menganggap Kampung tersebut teramat indah. Melihat gubuk di sangka Istana, melihat kolam kecil disangka danau. Bahkan melihat kue serabi anda sangka martabak special. Pendek kata, mata dan penilaian anda menjadi kabur dan tertipu oleh karena keterpanaan yang menerpa. Saking merasa senangnya anda dengan kampung itu, sampai-sampai lupa dengan pesan semula bahwa anda hanya disuruh singgah sejenak saja.

Anda tinggal berlama-lama di sana dan tentu saja ongkos pemberian yang cukup untuk sampai ke tujuan itu malah anda habiskan di Kampung tersebut. Akibatnya tak usah heran ketika yang menyuruh dan memberi ongkos akan murka tatkala mengetahui anda tidak pergi ke kota yang diminta.

Ketahuilah kalo Kota A itu adalah akhirat. Sedangkan kampung yang anda hanya disuruh singgah sejenak itu yang tak lai pula adalah kampung dunia ini. Salahkah apabila Dia yang Maha Baik itu, yang telah menjajikan Surga Jannatun Na'im (padahal apapun yang dijanjikanNya pasti ditepati dan tidak akan meleset sedikitpun) dan tak lupa pula memberi bekal perjalanan yang cukup berupa karunia nikmat rizki, tidak menyembunyikan "kekecewaannya" melihat tingkah laku kita yang tidak pandai menjaga amanah, dengan berfirman " Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang  (kehidupan) akhirat adalah lalai" (qs. ArRuum (30):7)

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui" (QS.Al-Ankabut (29):64)

Kebanyakan diantara kita ternyata memang gemar bertindak yang "mengecewakan" seperti itu. Kampung dunia ini sebenarnya tidak ada apa-apanya, namun sebagian besar orang ternyata terpedaya oleh keindahan fatamorgananya. Padahal, semua yang dititipkan Allah kepada kita, baik berupa otak, tenaga, harta, waktu, peluan dsb, itu semua sebenarnya bukan untk kampung dunia ini karena ia hanyalah tempat mampir atau singgah.

Dunia tidak lebih sekedar tempat transit belaka kendatipun untuk ini Allah Azza Wa Jalla pasti mencukupi kita dengan rizkiNya. Dengan catatan, sepanjang ongkos tersebut tidak dihamburkan sia-sia. Allah memampirkan kita  di Dunia ini seraya tahu persis akan segala apa yang kita butuhkan, lebih tahu daripada apa yang sebenarnya kita perlukan. Kalau ongkos yang ada itu kita jadikan betul2 untuk bekal kepulangannya nanti, maka "subhanallah" kita akan kaget bahwa betapa Allah akan mencukupi kita dengan limpahan KaruniaNya. Akan tetapi sayang, sebagian orang tidak mengerti bahwa semua yang dititipkan Allah itu sebenarnya untuk bekal pulang. Sehingga, seluruh waktunya habis tandas hanya untuk mengejar segala hal yang bersifat duniawi. Padahal tidak akan kemana-mana dunia ini. Bukankah ketika masih berada di rahim bunda pun kita tetap diberi dunia (rizki) padahal toh kita tidak berdoa, tidak shalat, bahkan tidak ikhtiar kemanapun.

SEMOGA TULISAN INI DAPAT MEMBERI MANFAAT BAGI PENULIS DAN PEMBACA (WALLAHUALAM BI SAWAB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun