Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Kayu

22 Desember 2012   15:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tiada yang lebih indah dari rumah kayu
tiang yang berdiri sebagai saka memeluk tubuh cinta
"aku dan kau lahir di sini, dipeluk dinding waktu"
dan kelak saat sunyi ini menipis, dinding itu akan
menyimpan seluruh tautan jiwa yang kita kumpulkan
dari hari-hari yang panjang

seperti desir ombak yang menggiring pasir ke tengah
seperti angin yang singgah di balai-balai, dan takpernah pulang
" aku dan kau menikmatinya tanpa keluh kesah,
karena suaranya adalah bagian dari rasa suka "

rumah kayu yang kujadikan tempat bertahta
adalah singgasana yang kudirikan antara kita
anak kita dan kelak cucu kita
"hingga mereka bisa bermain leluasa, dan tak perlu
bermimpi besar untuk memeluk dinding-dinding rumah
gedongan"

cukup di sini, di tempat yang tak perlu lagi alat pencakar petir
udara pendingin, dan tangga-tangga yang licin bagai tiruan lumut
ganggang

itu lebih dari sekedar menghalau kecemasan
karena di sini, cinta akan lebih punya waktu
untuk dirawat dan disemai

(22-12-2012)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun