SAYA bukan seorang guru formal, yang bekerja di sebuah institusi pendidikan. Tapi saya merasa pernah menjadi guru setidaknya untuk empat bidang (fak) yang berbeda, yakni :jurnalistik, sastra, drama, dan pendidikan pemilih. Dalam kurun waktu dan kesempatan yang berbeda pula tentunya .
Itu semua saya jalani karena hobi dan tuntutan pekerjaan. Di bidang jurnalistik, karena saya pernah bekerja sebagai wartawan, baik media cetak maupun media elektronik. Untuk sastra, dan drama, saya belajar  otodidak. menulis fiksi sekaligus akting, yang kemudian saya aktualisasikan lewat sanggar teater yang saya dirikan bersama teman-teman. Dari situ akhirnya saya diminta mengajar di sebuah sekolah, sebagai guru tentatif, mengajar saat dibutuhkan. Sementara sebagai guru di sebuah fak yang barang kali agak asing kedengarannya , yakni pendidikan pemilih , itu saya jalani karena ketugasan saya sebagai komisioner penyelenggara pemilu di sebuah KPU kabupaten .
Setelah saya analisa dan saya "otak-atik" , hobi dan pekerjaan yang saya geluti ini ternyata benang merah nya ada di satu spektrum, yakni dunia yang berkolerasi dengan tulis menulis. Maka dari jagat menulis ini pula saya bisa melakukan manufer apapun, terlebih saya merasakan kepuasan batin yang tak bisa diukur dengan nilai materi. Senang rasanya jika bisa berbagi pikiran dan berbagi peran dengan siapapun. Entah itu anak-anak, orangtua, pelajar, mahasiwsa, dan apapun sosok profesi seseorang.
Disamping itu, menulis diluar dugaan saya ternyata mampu membawa saya pada sebuah strata psikhologis yang disebut kepercayaan diri . Saya tak menyangka, jika semula saya tumbuh sebagai anak yang minder, sejak saya SD hingga SMP.  Namun apa yang kemudian merubah seluruh konstruksi psikologis saya ? Tatkala saya dikenlakan oleh seorang teman yang berprofesi sebagai wartawan, saat itu pikiran saya mulai terbuka. saya belajar kepada orang itu, : menulis berita , wawancara, memotret.dsb. Momen itu terjadi  ketika saya duduk di kelas 2 SMA. Setahun kemudian saya benar-benar belajar "berlayar" di dunia jurnalistik, tak hanya teori tapi sekaligus praktek di lapangan, sebagai seorang koresponden daerah di sebuah koran lokal. Akhirnya waktu pun saya menej sedemikian rupa, sepulang sekolah baru kutunaikan pekerjaan wawancara dan menulis berita. Saat awal menulis, saya sering meliput pertandingan sepak bola.. Kisah ini pula yang kemudian membangkitkan kepercayaan diri saya, untuk kemudian menularkan virus kebaikan kepada teman-teman saya sebaya.
Menulis adalah pekerjaan seni, sekaligus bernuansa intelektual , namun lentur . Pekerjaan ini juga mampu mengalihkan perhatian orang sekaligus menghipnotis banyak orang . Kebetulan saya juga menyukai sastra. Ratusan puisi sudah saya tulis,puluhan buku puisi ( baik tunggal maupun bersama-sama ) pernah diterbitkan, dan puluhan tulisan di media cetak lokal dan nasional
Namun yang paling menyentuh tatkala saya menjadi guru pada sebuah kelas, yang saya dirikan bersama teman sekolega saya tatkala masih bekerja sebagai komisioner penyelenggara pemilu.namanya "Kelas Pemilu", agak sedikit asing bukan ?. Dengan materi tulisan dan simulasi yang lahir dari inspirasi saya menulis fiksi dan sedikit kemampuan saya akting ( dari ilmu yang saya peroleh di sanggar teater), menjadi paduan dan panduan antara literer (tulisan) dan gerak/akting, ternyata mampu menjadikan kelas itu hidup. Kadang saya sering memasukkan kata-kata kunci dan kata-kata bijak untuk menyemangati murid saya yang sebagian besar adalah para pelajar dan mahasiswa ( yang saya kategorikan sebagai kelompok pemilh pemula).
" Bayangkan jika dua puluh orang saja di kelas ini tak mau dan tak mampu menjinakkan ulah orang-orang yang bermain curang lewat gerakan money politik, dengan mengatakan : No Politik Uang. apa jadinya negeri ini ke depan .Kaliyanlah yang bakal menjadi lokomotif negeri ini"  itu salah satu jargon yang sering saya sampaikan di muka kelas, diantara beberapa jargon lainnya yang saya siapkan lewat tulisan
Maka tak salah jika kemudian Tanoto Foundation http://www.tanotofoundation.org/ mengajak kepada segenap sivitas dan korp guru untuk menyenangi dunia menulis. Karena dengan menulis, yakinlah semua hal yang sulit , bisa menjadi cair dan mudah, semua hal yang hambar dan menjemukan bisa hidup dan menggairahkan
Sebab membangun karakter generasi ke depan yang berakhlak mulia, cerdas, terampil dan peka sosial, adalah sebuah keniscayaan yang akan terus dihadapi bangsa dan negeri ini. Yakinlah, dengan menulis jendela dan cakrawala dunia akan tersibak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H