Duh Gusti, mereka sedang mengurai mimpi. Ya anak-anak trotoar yang belum berkesempatan membangun mimpi-mimpinya sebagaimana anak-anak gedongan yang tinggal di loteng dan rumah-rumah yang dipenuhi dengan bunga dan ruangan penyejuk. Akankah mereka terbangun, dan bergegas menawarkan nasib pagi ini, atau mengisi gulungan usus dan lambungnya dengan sesuap nasi sahur.
Duh Gusti, sebentuk apa mereka , mereka-reka mimpi dinginnya. Adakah sepenggal perjalanan siangnya, terbawa di buaian tidurnya. Asap knalpot, debu, dan bau anyir aspal, mungkinkah itu konten-konten yang mereka bawa di belantara bunga tidurnya. Mengapa mereka tak bisa memilih, sebagaimana anak-anak sebayanya ? Nasib membawanya lari ke jalan.
Duh Gusti, mereka juga anak-anak negeri. Berikanlah keselamatan, keceriaan, dan kebebasan memilih hari-hari kemenangannya, sepanjang lintas perubahan belum membawanya ke dunia yang lebih menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H