Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita dari Semak Bukit Tua

15 Desember 2014   01:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suara itu pecah,  gumpalan tanah pecah
ada kegelisahan yang membuncal, tapi kepedihan
tak hendak bergeser dari tempatnya
kaki -kaki bukit yang liat

Lempung montmorilonit menjilati air
lari dan meluncur kencang
sekejap saja, rata dan tumpahlah
tanah, kamatian dan jutaan galon airmata

Gunung tua berpapasan dengan gunung bangka
ia saling menceritakan umurnya, .pinggang
dan kaki-kakinya,
sebab yang tersisa
adalah keinginan untuk meliukkan
segala nadi dan tulang-tulang di tubuhnya

Gunung tua bernyanyi untuk anak-anaknya
“Wahai tepian hutan, janganlah menangis karena apiku
sebab suaraku adalah tangis-tangisku juga”

(2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun