menunggu sebuah kelahiran, yang bangun dari larut kata
pada suhu malam yang membeku di jam dinding
pada keanehan yang menyentuh ujung penglihatan
aku belum memastikan, memberinya nama
atau menunggu bulan membundar kembali
karena cahayanya adalah ilham
di kotak sampah depan kamar tidurku
tumpukan kertas sudah kunyatakan
ikhlas menjadi sampah, sebab tak ada aksara
tak ada coretan tentang hari baik yang gemilang
semestinya, aku tak memasuki wilayah horoskop
sebab langit Tuhan telah menyediakan papan tulis
dan dua butir kapur tulis,
jika tangan kanan memegangnya maka segera
dibolehkan ke tangga langit berikutnya
selebihnya tangan kiri menunggu di terminal waktu
atau kembali lagi memulai dari awal
sebuah catatan kelahiran yang ingin segera
aku serahkan, adalah kumpulan doa
untuk orang-orang yang tak pernah menghitung
kesabarannya untuk siapa dan dimana mereka
meninggalkan sikap pamrih itu
catatan terbaru ini tak meski dijamin
oleh guyur dan larut hujan yang setiap saat
menghempaskannya, kemana suka
pada tekanan udara yang terombang-ambing
oleh nafsu dan keinginannya sendiri
(2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H