Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lapuk

5 September 2012   08:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

serasa belum lama sepertinya waktu menyelinap di kulit cemara
demikian khidmat kau memandangi pucuk cemara itu, kosong
yang ditelan awan adalah kumparan nadi-nadi yang putus
tertusuk belati yang bersarang di pinggangmu yang mulai lapuk

patahan yang menyembul di meander sungai tua itu
pernah menenggelamkan lehermu hingga jakun yang kau pelihara
tak lagi bisa nyaring mengusir kelelawar yang mencari buah jambu
yang berjajar di tepian lembah tua itu

sumur yang menua, matahari yang bangka, lelehan lava yang
menyerupai fosil andesit, sebenarnya tak hiraukan akta dan lahir
pada tanggal yang ditentukan

gegar usianya terhimpit dua tebing
yang tinggal menunggu lapuknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun