Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Atau dengan Sejuta Puisi

30 Juli 2012   16:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

habis sudah seluruh antologi kukucurkan
untuk merayumu agar kau sudi menciumi selembar keningku
yang kini mulai berkerut, seperti topeng karet

atau kau minta aku menulis sejuta puisi lagi
agar terurai seluruh kepalsuan
yang menumpuk di sela-sela bahuku yang legam

menuju tua, adalah mencari jalan yang lebih longgar
tapi lorong itu adalah goa yang masih juga gelap
lalu lilin yang kucari itu, kemana kau simpan ?

kutahu di setiap detik mimpimu
selalu saja terbayang wajah rahwanaku
paras kekerdilan yang melekat di garis-garis aksen bajuku
menempel dan selalu berkelebat di pupil matamu

sekarang ini sepantasnya kau balas permintaan maafku
dengan cara apa pun juga, kumau
tapi jika kau suka tulislah dalam secarik puisi
biar bisa kutafsir sendiri kemana angin mengalir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun