Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Berkabut Musim

29 November 2014   05:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:33 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan tua itu menjahit lukanya
dengan benang kusut masa lalunya

(ia pernah menikah dengan lelaki
yang buta cinta)

Sudah teramat jauh, bahkan telah merabun
pemandangan yang beku, tapi harus dijalaninya
mendeka
p dingin, menyilakan maksud birahi
dari para serdadu yang gatel mencari madu

(lelakinya adalah orang asing di hatinya, ternyata)

Perempuan itu menyadari
jika kelipatan waktu tak sebanding dengan ikhtiar
membesarkan angan-angan dan menjalankan kehidupan
sebagaimana orang pada umumnya mencintai perdamaian
( lelaki itu adalah orang suruhan yang ingin
menghancurkan cinta kasih, sebab hatinya telah dibutakan
oleh kegelapan nurani)

Perempuan itu akhirnya tersandera oleh musim
betapa mahal, katanya , membangun rumah kesaksian
semahal mempercayai akad awal yang terucap
sebatas untuk menukar kemaslahatan saja
teramat susah dan sebegitu berat

(2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun