Mohon tunggu...
Budhi Raharjo
Budhi Raharjo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Pluralisme

28 Mei 2016   21:28 Diperbarui: 28 Mei 2016   21:39 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haloo salam hangat bagi pembaca saya pada kali ini di tulisan kali ini saya akan membahas yang namanya pluralisme. Pada hari selasa lalu tanggal 24 mei di kelas saya sedang membahas yang pengertian dan apasih ketekaitan antara plularisme tersebut. Yah jujur saja kelompok yang pada saat itu naik sangat kurang sekali dalam menyampaikan pembahasan dan materi dari pluralisme tersebut. Tak lama berseling pada hari itu dosen kami memberikan arahan kepada semua siswanya agar membuat forum di dalam media sosial yaitu grup line, tentunya anak-anak pada saat itu langsung meramaikan grup line tersebut. Banyak yang bertanya tentang apasih pluralisme tersebut karena pluralisme di pembahasan kami membawa nama kota Makassar yaitu kota yang kami tinggali.okeh lanjut ke pembahasaan sebenarnya.

Pengertian pluralisme tersebut itu adalah menurut kbbi (kamus besar bahasa Indonesia) pluralisme adalah:keadaan masyarakat yang majemuk,bersangkutan dengan system sosial dan politiknya. Kemudian pngertian dari pluralisme itu sendiri adalah kebebasan.kebebasan dalam beragama dan bekerpercayaan. Para masyarakat bebas untu memilih apa agama mereka sendiri dan kepercayaan mereka sendiri tanpa harus di kritik atau di campuri oleh pihak yang lain. Kemudian maksud dari majemuk itu sendiri ialah yang banyak,saya menambahkan sedikit pluralisme ini tersebut bagian dari bhineka tunggal ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.

Pada abad yang ke 17 khususnya pada keturunan Makassar yang berani menentang voc menjadi salah satu masyarakat paling miskin di Indonesia di abad ke 20. Mengapa bisa terjadi demikian? Dikarenakan pendidikan, sensus tahun 1920 dan 1930 tingkat keberaksaran bahkan berada jauh dibawah rata-rata dan baru menghasilkan sarjana pada tahun 1940.

Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan pada tulisan kali ini karena saya juga masih banyak memahami dan lebih mengkaji lg apa itu pluralisme dan keterkaitannya.terima kasih dan maaf yang sebesar-besarnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun