Mohon tunggu...
Budhi Setyawan
Budhi Setyawan Mohon Tunggu... -

Penyair

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Budhi Setyawan di Majalah Sastra Horison Edisi November 2010

28 Desember 2010   01:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:19 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada 4 puisi saya termuat di majalah sastra Horison edisi bulan November 2010. Berikut saya cuplikkan salah satu puisi tersebut, yang berjudul: Sebuah penjelajahan Ruang Rasa.  Selamat membaca.

Sebuah Penjelajahan Ruang Rasa

aah, kesepian kelu menyeruak laju. kau tinggalkan saja aku di padang jauh tak bernama. begitu remang setapak arah pulang. tergagap aku dalam mengeja dongeng tentang masa lalumu yg meliuk penuh irama. inginnya aku berdiri disana, menemanimu untuk menyusun kembali paragraf senja. atawa menekuni jejak tarian waktu buat menjelmakan kidung gandrung menjadi prasasti atas kesetiaan sari bahasa.

dari sini ku langitkan elegi pada panorama lembut dengan bunga bunga liar, merajuk sumbu kejadian dalam menekuni pacuan debaran dan degupan. kubenamkan sifat jarak, dan kuserap ilusi induksi, hingga aku pun akan berlama berkubang, menambang aroma misteri kitab kehidupan. taman yang tangguh mengirimkan gerimis jingga, membagikan percik gelisah pada perdu kuncup mahabbah.

pelayaranmu kuharap kian bermakna, memberikan nuansa nuansa sapa yang penuh rekah rona, hingga di sekitarmu bertumbuhan pendar pendar pelangi yang membaluri tubuhmu dengan ricik keteguhan nuju bait esok. mengalir selalu dengan irama elok, dan imaji letup perjumpaan.

kukekalkan pijar terima kasih, betapa kalimat kalimat sederhana darimu, kian mengangkut penyejuk untuk kegersanganku. kuharap akan terus tersemai benih kata darimu, yang jadi penjaga bagi keberlangsungan rimbunnya tunas tunas puisi.

tetaplah suar suar dan sinyal sinyal auramu menjadi pemupuk kerinduan keharuan, penggenggam aura malam . padamu tak ‘kan habis cerita, juga karisma pucuk rasa. akan senantiasa masa memintal asa dalam gugusan cinta, dengan luas dan masa edar yang melampaui segala galaksi, pusat orbit seluruh tata surya semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun