[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi/Kompasiana (KOMPAS.com/Tri Wahyuni)"][/caption]
Merupakan Ibukota Kabupaten Indragiri Hilir – Provinsi Riau. Letaknya di tepi Sungai Indragiri.  Dari Pekanbaru perlu waktu sekitar ± 6 jam perjalanan.
Kota ini biasa juga disebut kota seribu parit dan kota walet karena begitu memasuki Kota Tembilahan, anda akan disambut dengan riuhnya suara burung walet. Di setiap ruko yang anda lewati, pasti lantai paling akhir adalah merupakan sarang burung walet. Bahkan banyak ruko yang dikhususkan sebagai sarang burung walet. Sepanjang hari dan sepanjang malam bunyi itu akan selalu menemani anda.
Tembilahan adalah kota transit untuk orang yang akan pergi ke pedalaman, seperti ke Sungai Gaung, Guntung ataupun yang hendak ke Provinsi Jambi dengan memakai speed boat.
Kalau sore tiba, kita bisa berkeliling melihat pasar yang menjual aneka barang bekas. Pasar buka dari jam 4 sore hingga sekitar jam 11 malam. Lokasi pasar sebelumnya di lapangan tengah kota, tapi sekarang sudah dialihkan di beberapa bagian jalan. Kalau penginapan anda letaknya di tengah kota, cukup berjalan kaki tapi kalau agak jauh sedikit, bisa naik becak saja. Kebanyakan penarik becak adalah Orang Banjar. Di Tembilahan ada satu yang khas, bahasa pasar di sana adalah Bahasa Indonesia campur Bahasa Banjar. Tidak aneh memang, karena mulai dari Tembilahan sampai ke pelosok desa banyak sekali orang Banjar yang lahir dan besar di sana.
Banyak orang yang datang ke Tembilahan sengaja hanya untuk belanja barang bekas, biasa disebut barang second. Mereka beli untuk dijual kembali di daerahnya masing-masing. Setiap malam pasar ini tidak pernah sepi, selalu ramai oleh pengunjung. Jangan heran pembeli pun banyak yang bermobil.
Barang bekas tersebut sebenarnya termasuk barang ilegal, masuk melalui jalur laut. Pihak berwenang sering melakukan razia terhadap kapal-kapal yang masuk ke pelabuhan, tapi tetap saja banyak barang yang lolos sehingga sampai di pasaran. Dari kapal barang dijual ke penampung kemudian diteruskan kepada pengecer. Barang dimasukkan dalam karung tersendiri disesuaikan dengan jenisnya. Kalau barang sudah dijual oleh pengecer, sepertinya pemerintah pun tidak bisa berbuat apa-apa. Menurut pengecer, kalau rejeki sedang baik dalam satu bal/karung isinya bisa bagus-bagus, tapi kalau tidak malah lebih banyak yang jeleknya. Pada saat beli dari penampung, pengecer hanya bisa pilih karung saja, tidak boleh membuka isi karungnya. Seperti membeli kucing dalam karung.
Macam-macam merek sepatu, seperti Caterpillar, Adidas, Puma, Diadora dan merek lainnya mudah ditemui. Begitu juga untuk tas, mulai tas kerja, tas ransel maupun tas buat wanita, semua merek luar dan ternama lengkap tersedia. Anda tinggal pilih dan lakukan penawaran, dijamin harganya murah-murah.
Perlu diperhatikan pada saat memilih barang harus teliti. Contoh untuk sepatu, tak jarang ada yang dilem pakai Alteco bukan dijahit, sekilas kalau malam hari tidak terlihat. Atau siapa tahu anda malah beli barang lokal, produk bangsa kita sendiri. Banyak barang yang sebenarnya memang baru tapi supaya nampak bekas, biasanya mereka gosok bagian tapal sepatu. Barang bagus tersebut adalah barang produk lokal, dibuat jadi seperti bekas, biar dianggap barang dari luar. Heran, ya.
Silakan datang ke Tembilahan dan nikmati berwisata belanja barang luar negeri dengan diiringi hingar-bingarnya suara burung walet. Dulu Saya pernah membeli satu bal mainan seharga Rp 250.000, setelah dibuka, rasanya tidak rugi-rugi amat. Sekarang mungkin harganya sudah naik. Anda minat? Bisa juga, tinggal pergi ke penampungnya. Siapa tahu isinya bagus semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H