Satu bulan lalu saat off, saya pergi ke Perawang (bukan Kerawang) untuk melihat keluarga yang masih tinggal disana. Perawang terletak di Kabupaten Siak – Provinsi Riau. Sekitar 60 Km dari Pekanbaru. Adalah sebuah kota industri yang berkembang cukup pesat. Di sana, ada berbagai macam pasar, mulai pasar modern di mall, pasar harian tradisional, tapi ada juga satu pasar yang istimewa, yaitu Pasar Minggu. Sesuai dengan namanya hanya dibuka pada hari minggu saja. Buka dari pagi sampai dengan jam 12 siang. Penjual ada yang datang memakai kendaraan darat ada pula yang memakai perahu.
Letak pasar ditepian Sungai Siak. Sekitar 4 kilometer dari pusat kota Perawang. Dipasar tersebut dijual berbagai macam kebutuhan. Semuanya dijual lengkap. Apalagi yang namanya ikan, dari ikan tawar sampai ikan laut, tersedia. Bahkan ikan Tapah pun selalu ada, ikan ini sudah mulai langka habitatnya. Kalau kesana boleh juga coba beli ikan salai, ini adalah ikan sungai yang sudah diasap, biasanya dimasak dengan cara digulai. Salah satu makanan khas orang Melayu.
Jangan heran kalau pakaian bekas pun dijual disana. Untuk pakaian bekas biasanya mereka menyebutnya ROMA (rombengan Malaysia), kondisi pakaian terbilang masih bagus-bagus. Tapi harus hati-hati juga sih, namanya juga pakaian bekas, siapa tahu ditumpangi bibit penyakit.
Saya sama seperti kebanyakan orang yang pergi belanja ke pasar ini selalu membawa keluarga, sekalian hiburan buat anak-anak. Sambil menunggu istri belanja, saya mengajak anak-anak membeli durian. Anak saya yang nomor 4 paling suka sekali dengan buah durian. Durian di Riau itu seperti tidak ada musimnya, selalu ada. Bulan Agustus adalah saatnya banjir durian. Harga Durian pun murah banget (tergantung besar kecilnya), dari yang harga Rp.5000 sampai Rp.50.000. Kadang kalau sudah mau tutup dijual Rp. 10.000 tiga buah.
Kami menikmati buah durian dari atas dermaga sambil melihat hilir mudiknya perahu maupun speedboat yang lewat. Dulu sih ada yang namanya Mulia Kencana, sebuah Kapal Penumpang dari Pekanbaru menuju Bengkalis. Namun karena ombaknya yang terlalu besar sehingga mendapat complain dari para nelayan serta penduduk yang tinggal rumah-rumah di tepi sungai, akhirnya pelayanan kapal ini dihentikan. Apalagi menurut kabar, ombaknya menimbulkan abrasi yang signifikan.
Didermaga banyak orang yang sekedar iseng naik turun perahu yang sedang ditambat, ada juga yang memancing sambil menunggu para istri berbelanja. Jaman dulu di Sungai Siak ini gampang cari ikan, sampai ikan Arwana pun melimpah. Tapi sekarang setelah banyaknya pabrik-pabrik disepanjang sungai, ikan semakin susah didapat. Disamping habitatnya yang memang sudah berkurang, bisa jadi karena limbah pabrik, banyak ikan yang mati.
Kalau pergi kesana pagi hari tidak perlu sarapan di rumah, karena kita bisa sarapan di Pasar Minggu. Mau sarapan lontong, sate padang? Semua ada. Atau kalau biasa makan nasi, ada juga pedagang yang berkeliling menawarkan nasi campur, sambil berteriak-teriak.
Perawang merupakan merupakan jalan lintas menuju Siak. Jadi kalau dari Pekabaru hendak ke Istana Siak, mampir dulu di Pasar Minggu Perawang. Sebuah pasar tradisional yang menawarkan suasana yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H