Mohon tunggu...
MBudiawan
MBudiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indahnya Alam Papua

Spesialist dibidang Survey dan Perencanaan kehutanan. Sewaktu muda aktif sebagai seorang kartunis dan penulis di beberapa media di kota Bandung Pernah bekerja di beberapa perusahaan swasta nasional, PT. ASTRA, PT. Sinar Mas Forestry, PT. Kiani Lestari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ini Baru Foto Copynya…

17 September 2014   13:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:27 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, uang dari orang tuanya memang sudah bisa dibilang cukup untuk Melky hidup di kota Jogyakarta. Malah kalau kawan-kawannya yang asli Jogya sendiri kadang bilang gede benar uang kiriman tiap bulannya.

Tapi yang namanya anak muda, yang dulunya jauh dari hiruk pikuk kota besar, begitu sampai di kota pelajar, seperti burung yang baru lepas dari sangkar.  Melky jadi sering terbawa arus oleh kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak behubungan dengan masalah pendidikan. Sering ikut hura-hura dan berpesta dengan kawan-kewannya. Untuk mengakali supaya bisa mendapatkan uang tambahan, sering dirinya membohongi orangtuanya. Alasan harus ini, harus itulah. Kegiatan ini dan itu, padahal semuanya itu hanya akal bulusnya saja untuk mendapatkan uang.

Minggu depan Melky sudah berencana bersama kawan-kawannya akan jalan ke Jakarta, untuk itu tentunya perlu modal.

“Pak, aku dua hari lagi mau KKN. Perlu uang buat persiapan dan bekal di sana” itu alasan yang disampaikan kepada bapaknya di kampung.

“KKN lagi? Dua bulan lalu sudah KKN…” tanya bapaknya tedengar setengah tidak percaya disebrang sana.

Melky tersentak, dia baru sadar dua bulan lalu alasan itu sudah pernah disampaikan dan uangnyapun sudah dia habiskan buat pesta dengan kawannya.

“Oh….bapak haraus tahu, yang kemarin dulu itu KKN yang pertama, ini KKN yang kedua” balas Melky untuk menutupi kebohongannya. pikirnya, Pak Ce mana bakal tahu, toh dia sekolah SD saja tidak tamat.

“Hm….berapa yang kamu butuhkan?”

jawaban itu yang Melky tunggu-tunggu, “Lima juta rupiah, Pak”

“Wah besar juga, ya. Tapi tak apa, cuma paling uangnya baru ada tiga hari lagi, sementara kamu butuh dua hari lagi….”

“Tak apa, toh. Bapak bisa transfer saja kerekening aku. Aku nanti tidak bisa dihubungi, tempat KKN sangat terpencil tidak ada signal. Kalau begitu, nanti aku bisa pinjam uang teman dulu…” ujar Melky.

Tiga hari kemudian, saat dirinya sedang mandi pintu kamar mandi digedor dari luar.

“Mel, ada telepon buatmu…!” teriakan Bowo teman satu asramanya.

“Ok, suruh tunggu saja….” Melky hanya menggerutu, siapa juga pagi-pagi begini sudah tilpon.

Setelah selesai mandi, dia menghampiri telepon asrama. Namun sudah ditutup.

“Bowo, mana katanya ada tilpon buat aku?”

“Oh, tadi kamu mandinya lama kali….”

“Siapa tadi?” tanya Melky lagi

“Tidak tahu, akupun lupa tidak sempat menanyakan dari siapa. Cuma sempat juga sih ngobrol ngalor ngidul masalah asrama kita dan kuliah kita”timpal Bowo sambil berlalu dari hadapan Melky.

“Hey, mau kemana kamu?” tanya Melky melihat Bowo bersiap dengan ranselnya.

“Yah, suntuk juga liburan di asrama, aku mau pulang dulu ke kampung, minggu depan kan kuliah berjalan lagi.”

Payah deh, makin sepi saja ini asrama. Orang pada pulang mengisi waktu liburnya.

Hari demi hari Melky hanya diam saja di asrama, dia tidak pergi kemana-mana. Janji sama temannya untuk jalan ke Jakarta juga dia batalkan dengan alasan tidak enak badan. Sampai saat ini orangtuanya belum juga mengirim uang. Berkali-kali dia cek ke atm, saldo tabungannya masih tetap tidak bertambah. Mau telepon, nanti ketahuan bohongnya. Katanya lagi KKN di Desa terpencil kok bisa ada signal HP.

Terdengar suara klason sepeda motor diluar gerbang asrama. Oh, ternyata Pak Pos.

“Ada surat buat siapa?” tanya Melky menemui Pak Pos.

“Buat…Melky G” kata Pak Pos sambil membaca nama yang tertera dalam amplop yang cukup besar.

“Ya, itu saya. Mana, Pak” setelah dia menandatangani serah terima, kembali masuk kedalam asrama.

Didalam kamar cepat-cepat dia lihat siap pengirimnya. Oh, ternyata dari Pak Ce. Ada apa tumben kok pakai kirim surat, besar lagi amplopnya seukuran kertas A4.

Tanpa pikir panjang dirobeknya amplop tersebut. Ditarik isi yang hanya satu lembar, tampak gambar.

Kertas fotocopyan bergambar kepalan tangan hitam dan kekar, dibawahnya terdapat tulisan dengan huruf besar ‘KALAU KAMU BERANI MENIPU LAGI, AWAS!  INI BARU FOTOCOPYNYA, ASLINYA MENYUSUL. CEPAT SELESAIKAN KULIAHMU!’

Gambar tangan itu adalah tangan bapaknya yang di fotocopy. Isinya singkat dan padat. Menipu? Dari mana bapaknya tahu dia suka menipu?

“Waktu kamu terima telepon dulu itu, kamu cerita apa saja?” tanya Melky lewat HP menghubungi Bowo yang sedang pulang kampung. Melky curiga jangan-jangan waktu itu yang telepon dan bicara sama Bowo adalah Pak Ce.

“Ngak banyak, Cuma cerita masalah kuliah kamu. Ya, aku bilang lancar-lancar saja. Kemudian tanya apa kamu sudah pergi KKN? Ya, aku jawab nggak, kan kamu masih lama lagi KKN, kuliah aja kamu jarang masuk”

“Terus? Apalagi?”

“Tanyanya lagi, kalau KKN itu berapa kali? Saat itu aku heran juga, sambil ketawa aku jawab saja memang KKN itu berapa kali, Pak. Selama kuliah ya, Cuma satu kali…itu saja, tak ada yang salah, kan?” Bowo menjelaskan disebrang sana.

“Salah! Itulah salahnya!” bentak Melky sambil memutuskan sambungan HP nya. Diapun merasa bersalah juga, kenapa tidak memberitahu Bowo sebelumnya kalau ada tilpon untuk dirinya suruh dibilang tidak ada, lagi KKN. Ternyata Pak Ce tidak sebodoh yang dia kira, sekarang semua kebohongannya selama ini sudah terbongkar habis. Malu sudah dirinya,  tapi nasi sudah jadi bubur….

Setelah kejadian itu Melky jadi benar-benar serius kuliah,  terus terang dirinya takut Pak Ce datang sambil membawa kepalan tangan yang asli bukan fotocopyan lagi. Melky sangat tahu benar watak Pak Ce….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun