Mohon tunggu...
Weren Talia
Weren Talia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

orang Indonesia asli yang selalu bertanya-tanya...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Laut Si Pengganggu (Sebuah Cerita di Penghujung Tahun)

1 Januari 2015   05:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun segera berganti. Aku tahu itu. Beberapa kenalan bahkan telah mengirimkan kata-kata syukur dan juga penyesalan atas kelalaian di tahun ini. Berharap tahun depan akan lebih baik. Menjadi lebih semangat. Terus melangkah maju menerjang misteri hidup.

Aku sendiri masih tertegun. Persoalan di kepalaku belum saja berganti. Masih tentang Laut. Ya, tentang Laut. Entah apa yang menarik dari Laut masih saja menjadi teka-teki. Beberapa kali aku coba menebak.

Pertama yang kupikir, karena mungkin Laut adalah bagian masa kecilku. Waktu kecil, hampir setiap hari ku dengar deburan ombak. Ketika malam, kadang aku tak bisa tidur saat ombak bergulung-gulung itu terdengar mengerikan. Memecah di pantai dan bergemuruh tak habis-habisnya.

Saat itu, kadang aku berpikir, jangan-jangan ombak itu akan datang sampai ke tempat tidur lalu menggulungku ketika aku sedang pulas tertidur. Lalu menenggelamkan aku ke dasar samudera hingga aku tak bisa bernafas.

Lalu kemudian datanglah ikan-ikan raksasa dengan gigi-gigi seperti gergaji. Panjang dan tajam seperti pisau yang selesai diasah. Dengan liar mereka langsung mengoyak-koyak tubuhku yang mungil hingga tinggal tersisa bajuku yang tersobek-sobek mengambang terpisah-pisah. Darah bertebaran dimana-mana. Sejenak warna laut berubah menjadi merah.  Dan akhirnya hilang terbawa arus.

Apalah arti darahku yang mungkin hanya seliter dibading air laut yang bisa menelan bumi ini, pikirku.

Kadang gambaran itu menjadi mimpi-mimpi yang membangunkan aku di tengah malam. Kudapati tubuhku basah oleh keringat. Pernah terpikirkan olehku saat terjaga: baru saja aku diangkat dari dasar samudera seperti kisah nabi Yunus yang diselamatkan ikan paus. Tapi aku kemudian bergumam dalam hati, 'bagaimana mungkin ikan paus bisa sampai kesini?'. Jelas saja ia tak punya kaki untuk berjalan.

Lalu kemudian sisa-sisa malam itu ku lewati tanpa terlelap. Mata ku biarkan tetap terbuka untuk berjaga-jaga. Agar jika ikan-ikan itu datang lagi menyerangku, aku bisa lari ke kamar ibuku. Meminta bantuannya dan berlindung di bawah ketiaknya. Dan ibu pasti takkan membiarkan sesuatu terjadi padaku.

Tapi gambaranku tentang laut saat ini bukan tentang ikan-ikan yang mengerikan itu. Cobalah aku ingat-ingat lagi.

'Adakah pengalaman dulu yang terpanggil oleh saraf-sarafku sehingga Laut selalu muncul dalam ingatan akhir-akhir ini?'

Akhirnya kudapatkan lagi cerita yang ini: pernah dulu kami sekeluarga sering berlayar ke pulau seberang dengan menggunakan perahu motor bermesin ukuran 200 PK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun