Mohon tunggu...
Karta Sastro
Karta Sastro Mohon Tunggu... -

Budak berita dan pemulung berita

Selanjutnya

Tutup

Politik

Alasan Saya Muak Sama Ahok

3 Desember 2012   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya judul aslinya Alasan Aku Muak sama Ahok dan Cina Sipit Lainnya.

Aku muak dengan Ahok, karena sama aja dengan kebanyakan etnis Tionghoa lainnya di Indonesia, yang mayoris punya usaha, yang kaya, dan yang sejahtera kehidupanya.
Aku muak dengan Ahok, karena sama saja dengan etnis cina sipit lainnya di Indonesia, yang tegas, yang pekerja keras, dan yang bermental baja.

Aku muak dengan Ahok, karena sama saja dengan etnis cina sipit lainnya di Indonesia,
yang ulet, yang hemat, dan yang mempraktekan pepatah rajin pangkal kaya.

Sesungguhnya, aku iri, kenapa aku tidak belajar dari mereka, kenapa aku malah membenci mereka, dan kenapa aku malah membabi buta meluapkan emosi kekalahanku, bukankah seharusnya aku belajar dari mereka agar sama dan rata bahkan bisa melebihi?

Jika boleh jujur, sebenarnya bukan mereka yang sok ekslusif, melainkan aku yang terlalu minder untuk bergaul bersama mereka, dan pada ahkirnya untuk menutupi itu semua aku kasari mereka, tentu dengan caraku seperti itu, membuat mereka takut untuk berbaur bersama aku.

Padahal aku tahu dan mengerti bahwa tak ada manusia yang diciptakan oleh Tuhan berbeda. Sungguh licik dan tak adil jika Tuhan membedakan atas manusia ciptaanya. Sekalipun bahasa, warna kulit, dan agamanya tak sama.

Bukankah juga, oleh karennya, Indonesia dilambangkan dengan "Bhineka Tunggal Ika?"

Setelah aku mengeluh seperti itu di atas, Pulung yang rupanya sedari tadi mengamatiku di balik pintu kamarku, akhirnya menghampiriku. Seraya mengusap-usap pundaku, kemudian ia berkata :

"Hayolah, sudah cukup tertinggal jauh bangsa ini hanya karena membahas hal yang sebenarnya sangat tidak penting dan kampungan! Sekarang, lebih baik kita pikirkan bagaimana kita bisa saling mendukung, berkarya sebanyak yang bisa kita ciptakan untuk diri sendiri dan orang lain!"

SELIDIKI LAGI INFO GARANG LAINNYA DI SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun