Mohon tunggu...
Ahmad Budairi
Ahmad Budairi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pecinta kopi dan gadis cantik. Semacam pengelola blog www.nusagates.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Lambatnya Waktu saat Kehabisan Paket Internet

12 Juni 2016   15:53 Diperbarui: 12 Juni 2016   15:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menjadi seorang yang hobi otak-atik logika pemrograman web-based maupun desktop-based rasanya memang mutlak diperlukan koneksi internet yang relatif kenceng dan stabil. Terlebih bagi orang seperti saya yang kemampuan menghafalnya rendah, nyontek sintak pemrograman di internet seperti sudah jadi gaya hidup. Yups! boleh dikata kalau internet semacam kebutuhan primer bagi kami sekeluarga, minimal bagi aku dan istriku karena Kevin, anakku yang pertama belum paham internet, umurnya belum genap satu semester.

Meskipun sama-sama hobi blogging, kebutuhanku kuota internet lebih tinggi dibandingkan istriku. Dalam satu bulan, dia cukup dibungkam dengan kuota internet 2 GB saja. Mentok-mentoknya paling 3.5 GB. Seringkali kuota internet yang kubelikan hangus karena masa berlaku telah berakhir. Beda denganku yang dalam sebulan bisa menghabiskan puluhan GB. Bukan untuk nonton bokep, lo ya! Catat!

Satu lagi makhluk yang juga gemar berinternetan di lingkungan keluarga kami, seorang keponakan, Tegar namanya. Dia adalah gamer ulung. Setiap hari pasti main game dengan tablet andalan yang dibelikan ayahnya beberapa bulan yang lalu. Aku biasa berbagi koneksi internet dengannya ketika kebetulan paket internetnya habis dan belum dapat jatah uang untuk beli paket internet.

Sore hari adalah hal yang paling kami tunggu selama bulan puasa. Biasanya kami berkumpul bersama di rumah orang tua untuk buka bersama. Tegar yang terlihat sangat loyo karena menahan lapar dan dahaga seharian mendadak seperti full energi ketika kuberitahu kalau ada yang baru di game COC. Kukatakan padanya kalau ada tambahan karakter baru dan aturan baru. Aku yakin dia belum tahu karena selama ramadhan kegiatannya penuh. Ternyata tebakanku tepat.

Sore itu aku tidak buka bersama-sama keluarga di rumah karena mendapat undangan buka bersama di rumah tetangga yang menyelenggarakan acara satu tahun kematian kakaknya (jawa: mendak sepisan). Acara yang dimulai pukul 16.00 itu berakhir sesaat setelah adzan maghrib dikumandangkan dan santapan yang disajikan telah ludes. 

Sepulang dari acara, istriku memberitahuku kalau ada WA dari seseorang yang mengabarkan kalau ada masalah dengan websitenya, butuh bantuan. Aku pun segera ngecek ke TKP. Tp apes koneksinya gagal terus. Berulang kali kucoba mengakses web yang ditengarai bermasalah itu selalu gagal. Weeeladala...! Setelah cek kuota ternyata habis. Aku mencium ketidakberesan. Tak berapa lama keponakanku, Tegar tertawa melihat ekspresiku yang bingung. Dia ngaku habis make handphonku untuk main Youtube. Penasaran dengan karakter baru dan aturan baru COC, katanya.

Aku mengernyitkan dahi sambil menikmati hisapan terakhir rokok yang kunikmati dari tadi. Segera kuhubungi mbak yang jualan pulsa ternyata saldonya sedang habis. Kunyalakan sebatang rokok lagi lalu segera meluncur menuju konter penjual pulsa. Beberapa konter dekat rumah yang biasa menjadi langgananan ternyata tutup. Mungkin sedang menikmati buka puasa atau sedang mempersiapkan diri untuk sholat tarawih. Aku pun melanjutkan pencarian konter sampai di pusat kota Salatiga. Kutemukan satu konter mungil. Segera kuberhenti dan memarkir sepeda motorku. Namun apes! Kata penjaga konter di situ Smartfren lagi gangguan. Jadi tidak bisa isi.

Kulanjutkan perjalananku. Kudapatkan sebuah konter mungil lagi. Kali ini dekat lapangan Pancasila Salatiga. Rasanya sungguh wow! ketika si penjaga konter bilang bisa isi kartu Smartfren. Setelah transaksi selesai, aku menuju kampus IAIN Salatiga. Sambil menunggu waktu tarawih, aku bisa internetan gratis di situ, pikirku. Namun apes juga! Ternyata gak bisa nyambung juga. Mungkin sengaja dimatikan agar jamaah sholat tarawih tidak tergoda sambil menunggu imam membaca surat pendek/panjang bisa main Youtube. Sampai kumandang isya terdengar mengalun, pulsaku belum masuk juga. Aku sudah mulai gelisah.

Persiapan ruhani sebelum tarawih yang kurang matang membuat tarawih waktu itu terasa begitu lama. Meskipun secara nominal durasinya relatif sama tetapi agaknya kondisi batin membuatnya terasa berbeda. Otak nakalku sempat berucap, "andai kecepatan sholat tarawih ini secepat koneksi 4G alangkah senangnya".

Usai tarawih saat hendak pulang mengambil sepeda motor di parkiran, handphoneku bergetar. Kulihat ada 3 pesan baru. Salah satunya adalah pesan sms notifikasi pengisian pulsa berhasil. Satunya sms promosi dari operator. Satunya lagi sms permintaan maaf dari seseorang yang mengaku sebagai penjaga konter. Ia meminta maaf kalau masuknya pulsa telat. Alasannya karena mendadak ada tamu. Kubalas singkat, "Iya, makasih ", dengan tambahan emot senyum mengembang. 

Pengen internetan stabil dan kenceng di Salatiga? #4GinAja Ramadan Mu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun