Sering kali masyarakat secara umum tidak bisa membedakan antara niat dan rencana. Kerancuan penggunaan istilah keduanya sering kita dapati di tengah-tengah hidup bermasyarakat. Sebagai contoh, kita sering temui seseorang yang bilang, "saya berencana menyekolahkan anak saya ke sekolahan favorit X". Benarkah itu sebuah rencana atau hanya sekedar niat?
Niat adalah keingin atau tujuan yang bersumber dari hati. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, niat diartikan sebagai maksud atau tujuan suatu perbuatan. Sedangkan definisi rencana menurut KBBI adalah rancangan ataupun konsep. Dari sini bisa kita tarik kesimpulan bahwa sebuah niat belum tentu disertai rencana. Sedangkan rencana sudah tentu disertai dengan niat.
Tingkat kesadaran akan pentingnya sebuah perencanaan di Indonesia masih sangat rendah. Sebagai contoh kecil, kita bisa melihat kesadaran sepasang suami-istri yang banyak terlihat ogah-ogahan membuat perencanaan kelahiran sesuai instruksi petugas medis. Sering kali ketika ditanya mengenai rencana tempat melahirkan, calon pendonor darah jika terjadi pendarahan, ikut KB atau tidak setelelah melahirkan, dan hal-hal lain terkait proses persalinan dan pasca persalinan masih banyak yang bingung. Jelas hal ini diluar perencanaan.
Melakukan sebuah perencanaan dengan sebuah investasi yang menguntungkan tidaklah begitu sulit dan membutuhkan modal yang begitu besar. Ada sebuah cerita yang menarik dan unik tentang investasi menguntungkan yang dilakukan oleh seorang tetangga saya di Salatiga.
Sebut saja namanya pak Susilo, tetangga saya yang merencanakan pendidikan anaknya ketika istrinya masih mengandung. Ia merencanakan melakukan investasi seekor ayam ketika anaknya lahir. Ayam itu rencananya akan dikembangbiakkan untuk membiayai pendidikan anaknya. Ia tidak akan menjual ayam itu untuk keperluan selain untuk pendidikan anak.
Ayam yang dikembangbiakkan pak Susilo terus bertambah. Ia pun memutuskan untuk naik ke perencanaan berikutnya yaitu menjual sebagian ayam untuk ditukar dengan kambing. Ketika kambing yang dikembangbiakkan sudah cukup banyak, pak Susilo pun melanjutkan rencana tahap selanjutnya yaitu menjual sebagian kambing dan menukarnya dengan sapi. Karena keterbatasan tenaga, ia menitipkan sebagian kambing dan sapi kepada tetangga dengan sistem bagi hasil.
Komitmen pak Susilo dalam menjalankan rencana dengan tidak menjual aset investasi untuk keperluan pribadi membuahkan hasil. Ayam, kambing, dan sapi yang dikembangbiakkannya lebih dari cukup untuk membiayai pendidikan anaknya hingga ke universitas. Bahkan! aset tersebut semakin bertambah sampai anaknya lulus kuliah dan menjadi sarjana.Â
Begitulah secuil kisah perencanaan dari pak Susilo. Di belahan kota lain tentu ada orang-orang yang sadar dengan pentingnya sebuah perencanaan dalam kehidupan. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan yang abai dengan perencanaan.
Sekarang ini, banyak perusahaan yang menawarkan peluang investasi dengan bervareasi jenis dan potensi provit yang didapatkan. Ada investasi berupa properti, pendidikan, perkebunan, dan lain sebagainya. Hal ini tentu bisa menjadi dorongan bagi kita untuk meningkatkan taraf hidup keluarga menjadi lebih merasa aman dan nyaman dari segi finansial. Terlebih jika kita juga mengikuti program asuransi, kita akan semakin merasa aman dan tidak khawatir jika sewaktu-waktu ada musibah yang menimpa kita dan membutuhkan dana yang cukup besar.Â
Selain itu, dengan jaminan asuransi dan provit yang kita dapat dari investasi, kita bisa merasakan indahnya hari tua tanpa harus memikirkan tekanan fisik dan psikis akibat tekanan finansial. Pun kita tidak membebani anak ataupun cucu dengan kehidupan kita di hari tua. Malahan! kita bisa memberi sesuatu yang bernilai positif bagi mereka. Entah itu provit dari investasi maupun keuntungan dari asuransi. Dan yang terpenting lagi, investasi dan asuransi itu, keduanya bisa kita dapat dengan bergabung dengan PT Commonwealth Life, Â perusahaan asuransi di Indonesia yang memberi peluang bagi kita semua untuk melakukan investasi yang terbaik dan menguntungkan.