Mohon tunggu...
Ahmad Budairi
Ahmad Budairi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pecinta kopi dan gadis cantik. Semacam pengelola blog www.nusagates.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Kader Bedigal

15 Februari 2016   19:02 Diperbarui: 15 Februari 2016   19:24 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar Bedigal Sedang Membawa Kotoran. youtu.be/Q1zbgd6xpGQ"][/caption]

Apologi seorang kader militan sering membawa kader tersebut ke lembah kotoran. Dia atau mereka sering kali memainkan kotoran itu bagaikan memainkan bola yang terbuat dari kotoran untuk dilempar atau dibagikan ke sesama kader dan oposisi. Mirip seperti hewan bedigal.

Bedigal (dung beetle) adalah hewan yang suka bermain kotoran. Lebih jelasnya lihat video di link berikut. 

Kader bedigal dari kelompok Wahabi misalnya akan sangat suka bermain kotoran yang dihasilkan oleh kelompok syiah. Begitu pula sebaliknya. Ada pula kader bedigal NU yang suka bermain kotoran dari kelompok lain. Biasa lah. Wong namanya bedigal. Di mana ada kotoran di situ mereka berada. Kan memang manusia tempatnya kotoran dan lupa.. eh.

Pakde Jon, kader militan Facebook itu misalnya suka memainkan kotoran dari pak Jokowi. Iya! Kotoran yang ditendensikan kepada pak Joko atau kotoran buatan juga sering digunakan untuk mainan. Dilempar sana-sini dg kemasan berlabel yang seakan barang suci dan halal untuk dibagikan secara gratis ataupun komersial.

Jihadnya seorang bedigal terkadang dimaknai dengan jihad suci meskipun yang dimainkan adalah kotoran. Alasan yang paling sering diberikan adalah membuka mata dunia mengenai kesalahan/kedzoliman oposisi. Alasan yang lucu sebetulnya. Ini seperti misalnya ngintip pak Jokowi lagi PUP lalu PUPnya difoto untuk disebarkan ke publik agar mereka tau kalau pupnya ternyata jelek tidak memenuhi standar nasional Indonesia atau untuk dinikmati kader secara berjamaah. Huwassyemmm tenan kan bedigal.

Semoga kader bedigal segera insaf dan kembali ke jalannya masing-masing dan mampu hidup berdampingan dengan orang yang berbeda keyakinan, sudut pandang, partai, ataupun pendapatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun