Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Politik

Syukurlah Reshuffle dan The Age Hilang "Disapu" Tsunami

12 Maret 2011   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin itulah yg ada di relung penguasa negeri ini. Saat gonjang-ganjing reshuffle kabinet mengemuka dan pada akhirnya hanyalah sebuah pepesan kosong yg diplintir hanya dengan dalih "pengucapan bahasa" yg tidak mengucapkan kata reshuffle. Belum reda dimuka publik dengan gonjang-ganjing tersebut, masyarakat kita kemudian dikejutkan dengan pemberitaan di harian The Age dengan judul yg menurut kita sungguh fantastis "Yudhoyono Abused Power".

Memang masih banyak pekerjaan yg lebih penting untuk membangun negeri ini bukan hanya terpaku pada pokok bahasan reshuffle atau menganjurkan pihak AS untuk minta maaf (loh koq AS), tapi ditengah masyarakat yg serba "menjerit" ini apapun berita yg sekiranya menyita perhatian publik pastilah secara langsung atau tidak langsung kita juga akan terseret oleh arus isu yg berkembang.

Disaat masyarakat dibuat geleng-geleng oleh "lelucon" politik oleh para politisi dan presiden, kita pasti menginginkan sikap yg lebih dewasa dari politisi dan presiden kita. Disaat masyarakat dibuat terkejut dengan pemberitaan di harian The Age, pasti tentulah kita menginginkan pemerintah menyikapinya dengan tegas tanpa mencari kambing hitam dari persoalan ini. Ketegasan yg merujuk pada pembuktian kinerja tanpa harus berlarut-larut mengusik isu pemberitaan di harian The Age ini. Karna seperti yg kita simak, pemerintah malah sibuk mencari kambing hitam dan menginginkan pihak AS untuk minta maaf.

Masih hangat perkembangan kedua gonjang-ganjing ini karna pemerintah belum bisa bertindak tegas, Jumat 11 Maret tiba-tiba dunia dikejutkan dengan musibah gempa tektonik berkekuatan 8,9 skala richter yang menimbulkan gelombang tsunami di perairan timur Jepang dan disusul pula dengan gempa susulan yg cukup membuat was-was. Pihak yg terkait di Jepang pun menginformasikan bahwa masih ada potensi tsunami di sore harinya, bahkan menginstruksikan negara-negara tetangga seperti Taiwan, Philipina, Indonesia, Papua Nugini, AS Negara bagian Hawaii untuk waspada tsunami, karna potensi tsunami memang di perairan Pasifik.

Kemarin sore (Jumat, red) saya sempat menyaksikan perbincangan di Metrotv dengan narasumber Hendropriyono, mantan kepala BIN. Hendropriyono pun menanggapi tentang pemberitaan harian The Age, dibeberkan olehnya pula bahwa sebenernya pemerintah tidak perlu menanggapi secara frontal terkait dengan pemberitaan tersebut. Dia memberikan contoh bahwa saat pihak AS yg akan "mendeportasi" Julian Assange, maka pendapat dia sebaiknya tak perlu dengan mengambil langkah tersebut tapi cukup memunculkan wikileaks-wikileaks yg lain agar wikileaksnya Julian Assange lama-lama bisa tenggelam sendiri (nah loh bener kan, memang politik di negara kita ini memang memiliki ciri khas yaitu "pengalihan isu", yg secara gk langsung telah dijelaskan oleh Hendropriyono, hehee dia mantan kepala BIN loh).

Nah inilah "keuntungan" terhadap apa perkembangan pada saat sekarang ini. Saat kedua gonjang-ganjing tersebut "meledak", tak berapa lama kemudian musibah gempa bumi disertai tsunami mengguncang perairan Pasifik dan pusat terparah yakni di perairan timur Jepang. Kalo menurut apa pernyataan Hendropriyono di Metrotv kemarin, maka sangatlah pantas bila pemerintah mengucapkan "judul" diatas (hehee). Karna tanpa melakukan tindakan apapun, kedua gonjang-ganjing yg akhir-akhir ini muncul di permukaan seakan "hilang" disapu oleh terjangan gelombang tsunami.

Tapi apapun opini diatas, musibah tetaplah musibah. Dan ini adalah kehendak Yang Diatas untuk mengingatkan umatNya dengan perantara kiamat kecil berupa gempa tektonik dan tsunami.

SALAM KOMPASIANA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun