Kenapa? Apa kita harus berduka dan menangis darah melihat kenyataan terhadap carut-marutnya kondisi sepakbola di negeri ini? Seandainya pelatih bermulut besar macam Jose Mourinho tahu kondisi sepakbola kita, pasti berkomentar tidak jauh dari kalimat "Siape lu? Cemen, gak ada yg bisa dibanggain aja pada belagu ribut mulu". Di lapangan, di luar lapangan, di internal klub, hingga semua stake holder dibawah yuridiksi PSSI pun hobinya ribut berkepanjangan. Apa semua yang berhubungan dengan sepakbola selalu mempunyai pikiran yang tidak waras? Maka tak heran, bila bicara sepakbola Indonesia mending kita mengedepankan jalan pikiran koplak seperti apa yang dilakukan oleh rekan-rekan kita dari P.S.K (Pengamat Sepakbola Koplaksiana).
Jak Mania ke-gep sedang gelek
Sungguh sangat jauh dari semangat olahraga. Seharusnya dengan olahraga dapat menumbuhkan semangat sportivitas dan 'jiwa' yang sehat, ternyata kejadian belakangan ini sangat mencoreng dunia olahraga. Usai laga lanjutan ISL antara Persija Jakarta melawan Persiram Raja Ampat yang dilangsungkan di Lamongan, The Jakmania kedapatan mengkonsumsi ganja bersama seorang LA Mania (suporter Persela Lamongan). Sebanyak 11 orang The Jakmania dan seorang LA Mania dibekuk polisi setempat setelah ada laporan yang masuk tentang adanya pesta miras. Dalam penggrebekan, ternyata ditemukan barang bukti berupa ganja dan beberapa linting ganja yang sudah siap hisap (flaaiii jek, ahahaa). Kalau gini caranya, apakah sebaiknya para bandar ganja ini dijadikan sponsorship turnamen saja nich?
Viking vs Deltamania
Lain lagi cerita saat minggu lalu. Masih dalam laga lanjutan ISL pula antara tuan rumah Deltras Sidoarjo melawan tamunya Persib Bandung, terjadi bentrok suporter di luar stadion. Ajang adu kekuatan tanpa menyepak bola ini akhirnya menelan 1 korban tewas dan 1 korban luka parah. Korban tewas adalah salah seorang Bonek Mania yang tinggal di Sidoarjo yang ikut mendukung kesebelasan Persib, sedangkan korban luka parah dari Bobotoh Viking itu sendiri. Tahu perkembangannya? Lihat saja di berbagai forum maupun jejaring sosial, antara satu dan yang lain malah saling mengeluarkan pernyataan-pernyataan provokatif dan sangat jauh dari nilai-nilai sportivitas. Bahasa "Ragunan" pun hampir mendominasi tiap-tiap kubu, yang lebih parah lagi banyak statement yang bikin pilu, yakni "nyawa balas nyawa". Kalau sudah begini, haruskah kita menarik produsen baju zirah untuk menjadi sponsor di ajang sepakbola? Biar suporter yang menyaksikan pertandingan diharapkan melengkapi dirinya dengan baju zirah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti bentrok antar suporter.
Pemain Sriwijaya vs pemain Persija
Usai laga lanjutan ISL antara tuan rumah Sriwijaya FC melawan tamunya Persija Jakarta, keadaan di lapangan, lorong pemain, maupun di hotel tempat menginap makin memanas. Pertandingan yang penuh emosi dengan diwarnai 2 kartu merah untuk pemain Persija dan 1 kartu merah untuk pemain Sriwijaya ini ternyata tidak berakhir sampai peluit tanda pertandingan selesai saja. Tensi tinggi tetap bersambung hingga terbawa ke tempat menginap juga. Adalah Hilton Moreira, pencetak 2 gol kemenangan Sriwijaya pada pertandingan ini, terlibat cekcok melawan Ismed Sofyan. Kejadian yang ini terjadi di tempat menginap para pemain, yakni di Hotel Swarna Dwipa, Palembang. Thierry Gathuessi (Sriwijaya) yang bermaksud melerai keduanya, pada akhirnya malah ikut dalam adu pukul juga. Mendapat bogem mentah dari Thierry dan merasa keadaan tidak berimbang, Ismed pun memanggil rekan-rekannya (haduh, kirain manggil emaaaaak) dan kemudian mencari-cari Thierry hingga menjelajahi segenap penjuru hotel. Kalau sudah begini, apakah kita bikin iklan di tivi aja tentang "sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui", biarpun hanya sepakbola yang penting bisa merangkap jadi ajang pencak silat.
Dimana peran pengelola liga (bodo amat, mau liga keq, turnamen keq, tokeq keq, yg penting pengelola keq), dan manajemen klub yang menaungi? Mau menjatuhkan hukuman terhadap pihak-pihak yang dinyatakan bersalah dengan berharap kepada komdis PSSI, jelas tidak mungkin. PT Liga Indonesia selaku penyelenggara harusnya bertindak tegas atas insiden memalulan seperti ini (atau mungkin pakdhe djoko driyono ini nonton antv terus ya, soalnya di antv kan gk ada berita suporter gelek, suporter tewas, maupun pemain pemain pencak silat), sudah tahun keempat menangani liga yang "katanya" super, ya harus sigap dan reaktif terhadap hal-hal semacam ini supaya tingkat "supernya" tidak makin menurunkan di mata publik.
Yasudahlah, daripada kita pusing, mending kita berpantun ria, hahaa :D
7x7 = 49
setuju gk setuju, yang penting ayo tawuran
* * * * * * * * *