Media kini memang sudah menjadi kepentingan bagi pemiliknya daripada menyuarakan kebenaran sesuai nilai-nilai dan pilar keempat dalam sebuah demokrasi. Hal ini juga dibuktikan dengan (masih) acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu oleh Karni Ilyas. Dalam acara tersebut ada pernyataan provokatif yang dilontarkan oleh Rahmad Darmawan (selengkapnya di sini). Mengenai pernyataan provokatif Rahmad Darmawan tersebut, ternyata tak hanya berhenti diblow-up melalui televisi, media online pun ikut-ikutan untuk menyebarkan berita provokasi ini (gue sich gk mau nyebut medianya, tapi inisialnya adalah pipanyus).
Sungguh sangat disayangkan, seleksi pemain-pemain muda untuk memperkuat Skuad Garuda di masa yang akan datang, ternyata dikait-kaitkan dengan konflik politis yang ada di sepakbola kita. Berdasarkan keterangan dari berita online tersebut, dikatakan bahwa seleksi pemain muda yang kini dilakukan oleh PSSI terjadi adanya diskriminasi terhadap pemain yang berasal dari SSB yang berafiliasi dengan klub yang berlaga di ISL.
Namun sayangnya berita tersebut langsung terbantahkan dengan adanya nama M Riandi yang merupakan dari akademi binaan klub Pelita Jaya. Pun saat permasalahan tersebut dikaitkan dengan sebuah pernyataan bahwa kejadian di Bandung yang oleh Yusuf Bachtiar (sekretaris UNI Bandung, SSB) mengatakan ada diskriminasi terhadap lima pemainnyayang dilakukan oleh caretaker Pengprov Jabar, Bambang Sukowiyono, dapat pula terbantahkan. Bukannya Karawang (Pelita Jaya) dengan Bandung itu masih sama-sama dalam Pengprov Jawa Barat?
Berita ini bisa dikatakan adalah sebuah provokasi murni, karna pada penurunan berita kontroversial ini tidak langsung dari narasumber yang bersangkutan. Timo Schunemann yang merupakan direktur pembinaan usia muda, sekaligus kepala dalam proses seleksi ini kemudian melakukan kroscek di lapangan atas fakta yang ada. Karena dirinya seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa demi menjaga independensi, maka timnya dalam proses seleksi tidak akan melihat siapa orangya dan dari SSB mana dia berasal.
“Terima kasih, sampaikan salam saya untuk teman2 di FB. Terima kasih untuk dukungannya, saya tidak melihat kubu-an. Ya soal kritikan RD saya sudah baca, terima kasih untuk RD. Dan saya sudah datangi orangtua si pemain yang gagal ikut seleksi U-12 Akademi Nusantara. Masalah yang jelasnya adalah, bahwa si anak itu (pemain) dilarang keras ikut seleksi Akademi Nusantara U-12 oleh pelatihnya di SSB anak itu. Jadi tidak benar ada diskriminasi soal perekrutan pemain. Yang BETUL, si anak itu dilarang pelatihnya ikut seleksi. Entah apa sebabnya”
"Saya heran pelatih sekelas RD yang saya segani dan homati, hanya dari SMS oknum, kok percaya begitu saja. Kenapa dia tidak telpon saya, temui saya, dan pasti saya akan ajak sama-sama mendatangi anak itu dan orangtuanya, agar tahu apa masalah sebenarnya. Saya akan jalan terus, karena ini untuk negeri ini, saya cinta Indonesia. Janganlah pemain usia dini dikait-kaitakan dengan pertengkaran di atas. Ini aneh tapi nyata terjadi, kok bisa mengkritik tanpa tahu persis di lapangan.!"
Baca lagi berita vivanews yang provokasi itu di sini, perhatikan kalimat kedua di paragraf pertama. "Mereka sempat ditolak mengikuti program Akademi Nusantara yang digelar oleh PSSI karena dianggap bagian dari liga ilegal". Perhatikan pula kalimat tersebut, dan fokuskan pada yang dua kata yang bold merah, yakni sempat ditolak. Artinya, kelima pemain tersebut akhirnya mengikuti proses seleksi, sedangkan bila tidak lolos seleksi ya dikarenakan faktor teknis. Dalam akun twitter @coachtimo dua hari yang lalu memang mengatakan bahwa ada anak yang tidak diijinkan oleh SSB-nya (pelatihnya mungkin) tapi tetap ngotot ingin mengikuti seleksi ini. Karena orang tuanya ikut menemani sang anak dan menjelaskan permasalahan yang ada, pada akhirnya anak tersebut diikutkan dalam proses seleksi.
PSSI pun juga menanggapi berita provokasi ini. "Saya bisa menjamin jika seleksi Timnas U-12 itu dilakukan dengan fair. Saya membawa lima pemain dari Papua, tetapi yang lolos hanya satu pemain saja. Saya sangat memaklumi seleksi itu," ungkap Johanes Auri yang dilibatkan juga dalam perekrutan pemain U-12 itu saat ditemui di Sekretariat PSSI. (tribunnews)
Terkait hal ini pula, Tommy Rusihan yang cucunya mengikuti seleksi namun tidak lolos, juga ikut bicara. "Jangan mentang-mentang saya orang PSSI lantas seenaknya saja memasukkan anggota keluarga ke dalam Timnas, jika belum layak masuk Timnas, karena kalah bersaing, ya harus tahu diri," tutur Tommy Rusihan Arief. (tribunnews)
Bila menyoroti tentang proses seleksi, seharusnya kita menghayati kalimat berikut. "Jika proses pemilihan pemain untuk Timnas U-12 saja tidak fair, bagaimana kita bisa menciptakan prestasi yang diharapkan ke depannya," kata Mustafa Umarella yang seangkatan dengan Warta Kusuma, Patar Tambunan, Erwin Yoyo, Aji Ridwanmas di proyek Garuda, yang juga menyayangkan pernyataan Rahmad Darmawan tempo hari.
So, jadi bila ada provokasi atau semacamnya, lebih baik langsung saja menuju ke narasumber yang bersangkutan. Seperti halnya Timo yang kaget akan berita ini kemudian mendatangi dan klarifikasi kepada si anak dan orangtuanya untuk meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Untuk itu, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini, marilah kita hayati tweet dari @coachtimo berikut ini :
"Seleksi timnas U-14 tanggal 23-25 Maret di Lapangan Trisakti, Ciangsea, Cibubur. Kalau dihalangi SSB, asal datang saja. Jangan mau dipecah belah."
Bila sudah begini, siapa yang PALING INDONESIA???
Coach RD atau coach Timo ??? (sorry, just question, no offense)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H