Laporan dari Kuala Lumpur
Dari tweet @Gilang_Mahesa marilah kita menyimak sejenak mengenai Task Force yang dibentuk oleh AFC/FIFA guna mengurai benang kusut persepakbolaan Indonesia ini. Dan berikut ini adalah rangkumannya :
Task Force AFC dibentuk berdasarkan sebuah proses pertemuan PSSI-AFC soal sepakbola Indonesia & dibawa oleh AFC ke Assosiate Commite FIFA. Point-point apa saja yang dibahas, yakni mengenai soal dualisme kompetisi dan hasil kongres tahunan PSSI yg salah dua rekomendasinya adalah mengakui ISL sebagai bagian dari kompetisi di dalam federasi dan 5 cara menyelesaikan dualisme kompetisi di Indonesia.Dua hal inilah (gk pake dotcom) yang direspons positif AFC dan FIFA, bahkan mereka sangat surprise PSSI memiliki usulan yang menurut mereka bisa jadi jalan keluar untuk kisruh ini.
Tapi PSSI juga menyampaikan bahwa dalam proses penyelesaian dualisme kompetisi ini bukannya tanpa halangan dan kendala. Sebagai anggota AFC dan FIFA, PSSI menyerahkan sepenuhnya rekomendasi apa yang harus dilakukan oleh PSSI. Ada dua rekomendasi yg diambil FIFA-AFC.
Pertama : Tetap mengakui hanya ada 1 PSSI yaitu PSSI Djohar Arifin & menerima hasil Kongres Tahunan yang digelar di Palangkaraya pada 18 Maret lalu.
Kedua : Membentuk team Task Force untuk memfasilitasi roadmap penyelesaian masalah sepakbola Indonesia bisa ter-akselerasi dengan baik.
Team Task Force AFC ini terdiri dari Prince Abdullah (wapres FIFA), Worawi Makudi (EXCO FIFA), Alex Soosay (sekjen AFC), James Johnson. Task Force AFC ini dalam melakukan kerjanya sangat terikat kepada statuta FIFA terutama Article 79 yang melarang team Task Force ini berhubungan dengan kelompok yang tidak dikenal dan bukan anggota asossiasi atau federasi. Oleh karena itu semua yang terkait dengan proses kerja team Task Force ini akan dikomunikasi hanya dengan PSSI dan bukan yang lain. Termasuk soal agenda kerja, jadwal, team Task Force semuanya dikomunikasikan kepada PSSI, bukan pada KPSI, KONI atau pemerintah. Mengapa ? Sekali lagi karena team Task Force terikat kepada statuta FIFA terutama article 79, mereka hanya boleh berhubungan dgn PSSI - member AFC/FIFA, jadi yang akan ditemui oleh team Task Force dalam rangka kerjanya adalah PSSI, anggota PSSI dan organ yang berada dibawah koordinasi federasi. Jadi jika team Task Force ingin meminta keterangan dari klub ISL misalnya, mereka akan meminta PSSI yang mengundang atau memfasilitasi. Bagaimana dengan KPSI dan La Nyalla Matalitti? Balik lagi kepada keterikatan team Task Force kepada article 79 statuta FIFA.
Ada kabar memang team Task Force ini melalui PSSI akan memanggil operator ISL (PT Liga Indonesia) & Nirwan Bakrie karena dipandang sebagai pelindung klub yang bermain di ISL. Team Task Force direncanakan akan mulai bekerja akhir bulan April atau awal bulan Mei, dan dalam satu minggu ini agenda mereka akan di kirim ke PSSI. Fokus utamanya tetap menyelesaikan dualisme kompetisi, jadi yang terkait dengan soal inilah (gk pake dotcom) yang akan digali untuk dapat dicari solusi terbaiknya. Soal penambahan klub, operator kompetisi, hak siar, bisa jadi objek yang akan di eksplorasi team Task Force. Kalaulah klub ISL akan melebarkan persoalan kepada dualisme federasi, sekurangnya ada 3 isu yang mungkin disampaikan yaitu :
- Kongres bali - Pemecatan 4 exco - Keabsahan dukungan 2/3 anggota PSSI untuk KLB (Ancol)
Akan tetapi, semua harus ingat bahwa team Task Force ini juga akan menghormati putusan CAS yang sudah final dan mengikat. Artinya, team Task Force akan tetap bekerja untuk mencari titik temu terbaik sebagai rekomendasi solusi penyelesaian dualisme kompetisi. Jadi tidak benar isu yang beredar dari hari kemarin yang mengatakan bahwa team Task Force akan membentuk KN jilid II untuk Indonesia. Team Task Force belum bekerja, dan belum ada rekomendasi apapun. Team Task Force ini akan sangat serius membantu Indonesia, mereka kirimkan orang penting dan terbaik untuk membangun sepakbola Indonesia. Team Task Force ini datang juga bukan untuk menghukum Indonesia atau mencari celah supaya sepakbola kita dihukum, mereka datang untuk membantu kita.
Inilah surat tersebut, dikirim bersamaan dengan surat tentang investigasi klub Belgia (CS Vise) dalam case klub Indonesia di CAS
TAPI BUKAN KPSI NAMANYA BILA TAK ADA PEMBANGKANGAN DAN TANDINGAN
Seperti biasanya, nggak afdhol bila P.S.K nggak nampilin berita yang sudah terlalu sering dimuat oleh media-media elektronik lain. Kali ini kami akan menampilkan investigasi lucu yang insya Allah bisa membuat kita tersenyum atau malah terbahak-bahak atas apa yang terjadi. Di situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan kaskus, mencuat “surat tandingan” guna mempengaruhi opini publik demi kepentingan kubu pembangkang. Bukan hanya penggiringan opini publik yang dilancarkan, hal ini sudah termasuk berita yang menyesatkan. Dan “surat tandingan” inilah yang akan kami (P.S.K) investigasi kelucuannya :ngakak
To Mr. Tono Suratman Chairman of Sports Committee in Jakarta
Dear Sirs,
Our team of task force has held a closed meeting at the headquarters of FIFA’s emergency committee together, and there are some that we would do is: 1. The competition has run we will stop, because we do not recognize the dualism of the competition. Instead, we will combine the clubs from the IPL and the ISL thus amounted to 18 clubs. The clubs are: 1. Sriwijaya FC; 2. Persipura Jayapura; 3. Persija of ISL; 4. Persiwa Wamena; 5. Persib Bandung; 6. Persidafon Dafonsoro; 7. Persisam Putra Samarinda; 8. Mitra Kukar; 9. Persiba Balikpapan; 10. Pelita Jaya Karawang; 11. Arema Indonesia of ISL; 12. Persela Lamongan; 13. Semen Padang, 14. Persiba Bantul, 15. PSM Makassar; 16. Persiraja Banda Aceh; 17. Persibo Bojonegoro; 18. Persijap Jepara. 3. Clubs are not in the list above must be degraded to a major division. And clubs that once convicted, it can be eliminated automatically. 4. PSSI will be led by Mr. La Nyala Mattaliti as chairman, vice chairman 1 Prof.Johar, Farid Rahman as vice chairman 2. Mr. Toni Apriliani, Mr. Robertho Rouw, Mr. Budhiawan going back seat as the Exco. 5. Operator Super Liga Indonesia is PT. Liga Indonesia, PT. Liga should immediately create a new schedule with a fixed counting points clubs who have played according to the above list of clubs, including the results of the first meeting between Persib Bandung vs Semen Padang. Position PT. Liga Prima Indonesia Sportindo will help PT. Liga to deal with First Division League. 6. Indonesia’s Senior National Team should be strengthened with the best players and be coached by Alfred Riedl and assistant Nil Maizar, while for the U-23 must be trained by Rahmad Darmawan and assistant Widodo Cahyono Putra, to Aji Santoso had to wait 2 years of sanctions exhausted. 7. Responsible for the National Team should be led by Mr. Iman Arif and Bernhard Limbong faith, while the Chairman of the National Team should be led by Bob Hippy and Rahim Sukasah.
Thus some point we as a task force meeting as a preliminary draft before the final decision. This result is a perfect solution, efficient, inexpensive and does not take too long.
AFC General Secretary
Dato Alex Soosay
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Dan berikut ini adalah hasil investigasi koplak dari P.S.K (Pengamat Sepakbola Koplaksiana) mengenai kejanggalan dari “surat tandingan” yang sebenarnya bisa bikin ngakak guling-guling karena sangat konyol (OVJ aja kalah).
1. Kenapa suratnya ditujukan kepada Tono Suratman? Jawab : KONI adalah pengejawantahan dari pemerintah, jadi bila surat ditujukan kepada KONI, jelas FIFA/AFC melanggar peraturannya sendiri yang melarang intervensi dari negara terhadap federasi sepakbola. Jadi dari sini saja sudah bisa dinilai bahwa surat ini hanyalah fiktif belaka, karena team Task Force hanya akan berhubungan dengan federasi (PSSI) dan para anggotanya yang menyebrang memilih breakaway league. (lempar sendal)
2. Koq sudah ada hasilnya bla bla bla gitu? Jawab : Team Task Force saja belum bekerja dan rekomendasi langkah-langkah kerjanya baru akan dibahas, koq ini sudah keluar hasil begini. Kesimpulannya adalah surat ini HOAX mameeennn. (galau)
3. Itu pengarang “surat tandingan” mungkin lagi stres, jadi beliau ini nggak bisa berhitung. Lihat saja poin per poin. Ada nggak tuh poin no.2 ?? Jawab : Iya bang, masa setelah poin no.1 langsung loncat poin no.3 (ngeyel kaaaan)
4. Sirs itu siapa ? Jawab : Di awal surat, dibuka dengan “Dear sirs”. Ini “surat tandingan” kan ditujukan kepada Tono Suratman, kenapa “sirs” bukankah itu bentuk jamak? (ngawur mas)
5. Poin no.4 : “PSSI will be led by . . . .” Jawab : Halooo, LED itu adalah sejenis lampu. LEAD itu baru bisa diartikan nantinya sebagai bahasa turunan, bisa dipimpin atau memimpin.
6. Poin no.4 : “La Nyala Mattaliti . . . .” Jawab : Yang dimaksud oleh pengarang “surat tandingan” ini siapa ya? Bukannya pihak yang ngoto ngaku-ngaku sebagai Ketum PSSI yang didukung 2/3 anggota di KLB Ancol itu adalah LA NYALLA? Lantas, kalau yang tertulis itu adalah LA NYALA, itu siapa? (ada yang tau itu makanan apa?)
7. Poin no.5 : “Operator Super Liga Indonesia . . . .” Jawab : Loh, bukannya biasanya AFC/FIFA menyebut dengan nama Indonesia Super League? Atau Bahasa Indonesia-nya adalah Liga Super Indonesia. Lah, ini sich penyebutan model baru “SLI”. (mungkin SLI bukan Super Liga Indonesia, tapi Semburan Lumpur Indonesia)
8. Poin no.5 : “PT Liga Indonesia . . . .” Jawab : Diawal kalimat sich bagus, tertulis PT Liga Indonesia. Tapi di kalimat bagian belakang koq berubah jadi PT Liga? Ataukah itu PT baru gitu? (maklum mas, yang ngarang surat lagi pening)
9. Poin no.6 : “. . . . Aji Santoso had to wait 2 years of sanctions exhausted.” Jawab : Haloooo, Aji Santoso itu dihukum dengan denda kisaran 60 juta rupiah, dan tidak boleh mendampingi tim selama 4 pertandingan. Emang Aji Santoso membunuh wasit atau ngapain sich, koq hukuman bisa diklaim sampai 2 tahun gitu? (namanya juga BSH massss)
10. Poin no.7 : Halah LED lagi, lampu mungkin tuh yang dimaksud.
Demikianlah hasil investigasi dari kami, semoga mencerahkan apa kejadian yang sebenarnya. Karena pihak-pihak pembangkang selalu saja menggunakan segala cara demi meraih tujuannya menjungkalkan kepemimpinan pak Prof Djohar Arifin. Tak terkecuali dengan cara-cara licik seperti menyebar fitnah dan kebencian seperti diatas. Jadi berhati-hatilah mencerna sebuah berita bila ingin menyimak persepakbolaan Indonesia yang dirundung konflik ini. Bila sudah ada “karangan bebas” seperti itu, jangan heran bila dulu juga pernah ada kontrak Alfred Riedl yang menggunakan kop surat “Persatuan Sepak Bola Indonesia” alias PSBI.
Sebagai penutup, kami hanya bisa mengingatkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa ini agar kita bisa menunjukkan jati diri bangsa kita kepada dunia luar bahwa INDONESIA BISA !!!
RT @Gilang_Mahesa #DirgahayuPSSI, semoga ada jalan untuk kembali ‘ketengah’, mencari solusi terbaik bagi sepakbola kami dan bkn sikap keras hati yg rusak
Follow juga P.S.K -> @bubup_prameshWR
Baca juga : 82 Tahun PSSI dan Rekonsiliasi ala Mancini-Tevez
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H