[caption id="attachment_136490" align="alignnone" width="648" caption="Pasar Triwindu (sumber: panoramio.com)"][/caption] Dimanakah bisa mendapatkan barang-barang jadul atau bahkan yang antik-antik di kota Solo? Salah satunya adalah di Pasar Triwindu yang terletak di jalan Gatot Subroto, tepatnya dekat kawasan Mangkunegaran. Berawal dari permintaan yang datang kepada saya untuk mencari lampu gantung untuk ruang tamu, hari ini (18/10) saya menyempatkan untuk jalan-jalan ke Pasar Triwindu. Siang hari yang begitu terik tambah menyengat ketika sampai di pintu masuk kawasan Pasar Triwindu, di halaman pasar hanya sedikit pohon palem yang tak seberapa memberi keteduhan. Tapi tak perlu khawatir, bila anda datang menggunakan mobil bisa parkir tepi jalan (sebelah sisi barat jl Gatot Subroto) yang pada siang hari tetap teduh. Dan bila anda datang menggunakan motor atau sepeda dari pintu masuk Pasar Triwindu bisa langsung masuk lurus kearah timur di bagian belakang yang juga teduh di siang hari. Pasar Triwindu sendiri kini sebagian sedang direnovasi di lantai dua dan akses jalan memutar di sebelah kios bagian utara. Setelah berkeliling-keliling dan menemui lampu yang saya harapkan, saya pun segera memfoto dan meng-mms foto tersebut kepada kakak saya agar diperlihatkan kepada orang yang memesan. Ahh, mumpung masih di Pasar Triwindu akhirnya saya memutuskan untuk melihat-lihat barang-barang jadul yang banyak sekali dijual disini. Koin jadul, mata uang jadul, cermin jadul, sketsel antik, patung perunggu, hingga beraneka macam souvenir jadul banyak kita jumpai disini. Dari banyak benda-benda menarik yang ada disana, inilah beberapa benda menarik yang sempat saya abadikan dalam bentuk gambar. [caption id="attachment_136505" align="alignleft" width="270" caption="Dakon, mirip permainan Jepang yaitu Bantumi :D"][/caption] 1. Dakon jadul Dakon adalah permainan anak-anak tempo dulu. Dengan papan yang telah diberi dua cekungan besar di kanan-kiri (di Jawa disebut lumbung dakon), dan cekungan yang lebih kecil di tengahnya yang terbagi dalam dua sisi karena permainan ini dimainkan secara berhadap-hadapan. Jumlah cekungan kecil ini tiap bagian biasanya adalah ganjil 5-7-9 (kebetulan dalam foto adalah 7 dan 9). Ketika memulai permainan, cekung di tengah diisi dengan bidak, biasanya yang digunakan adalah biji srikaya, biji sirsak, atau kalau tidak ada ya menggunakan batu kerikil. Permainan dimainkan berjalan secara bergantian dengan menjalankan bidak ke cekungan kecil dan "lumbung dakon sendiri" satu per satu. Istilah dalam permainan dakon ada yang namanya "nembak" yaitu bila bidak terkhir jatuh di ruang kosong area sendiri dan berhadapan bidak di area yang bersebrangan, maka bidak lawan di area bersebrangan tersebut jadi miliknya (berhak disimpan di lumbung). Istilah lain ada yang namanya "mikul", yaitu bila bidak terakhir jatuh di ruang kosong yang diapit ruang yang terisi bidak, maka semua bidak di dua ruang ini jadi miliknya. [caption id="attachment_136504" align="alignleft" width="300" caption="Putu poto-poto deket patung-patung (hahaa, malah jadi ingat logat Bali)"][/caption] 2. Patung jadul Dalam foto ini terlihat beberapa macam patung, diantaranya adalah : - Patung dari bahan kayu yang berwujud sosok seseorang (pria, wanita) yang sedang bersimpuh dan menggunakan pakaian jaman dulu. Bila untuk membuktikan uang asli itu dengan teknik 3D, maka untuk membedakan patung kayu yang jadul dengan yang baru pun juga dengan 3D (dilihat, diraba, diketok) - Patung batu Budha, untuk membedakannya juga sama. Perlu kejelian dan pengalaman untuk bisa membedakan antara patung seni pahat dengan patung yang hanya sekedar cetak (metode cor) saja. - Patung perunggu. Untuk yang satu ini mesti lebih berhati-hati lagi dalam memilih, jangan sampai tertipu dengan penampilan "kusam" perunggu, bisa-bisa itu hanya manipulasi dari tembaga atau kuningan. [caption id="attachment_136494" align="alignleft" width="300" caption="Pemutar piringan hitam"][/caption] 3. Pemutar piringan hitam Jaman dulu alat ini hanyalah dimiliki oleh keluarga yang cukup mampu saja (berduit), karena barang ini termasuk dalam barang kategori sangat mewah untuk ukuran hiburan pada masanya. Karena saya tidak berminat membeli ini (takut kaget denger harga yang ditawarkan), maka saya pun juga tidak menanyakan apakah pemutar piringan hitam ini masih dalam kondisi normal atau sudah rusak. Disebelah pemutar piringan hitam tersebut mungkin kita bisa melihat topi jadul, topi ini biasanya digunakan oleh prajurit tempo dulu atau juga digunakan oleh pejabat (kurang paham, ntar kita tanya saja pada kompasianer pakar perjadulan). Tapi mesti hati-hati memilih, meski rata-rata berbahan laken, tapi kini marak produsen yang memproduksi topi seperti ini dengan kualitas seadanya. [caption id="attachment_136495" align="alignleft" width="270" caption="Aneka macam cap (cap tikus gak ada loh yaaa)"][/caption] 4. Cap untuk membatik Sesuai dengan namanya "cap" atau stempel, ini adalah alat yang digunakan untuk membatik dengan cara menstempelkan cap yang sudah ada "malam" (lilin untuk membatik disebut malam) di kain. Proses batik dengan cap ini lebih cepat daripada batik tulis. Namun kini batik tulis dan batik cap banyak tergeser oleh peran batik printing (sablon). Tapi tetap saja, ada harga ada kualitas, batik tulis (menggunakan canting) dan batik cap yang harganya mahal memiliki kualitas yang sangat jauh daripada printing. Tak salah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia. Kini, para pengusaha batik yang tetap konsisten dengan membatik cara tradisional pun berinovasi menggabungkan metode batik cap dan batik tulis, hasil lumayan cepat, berkualitas, dan tidak kehilangan ciri khas dari masing-masing metode (cap dan tulis). [caption id="attachment_136496" align="alignleft" width="192" caption="Aneka replika"][/caption] 5. Replika kendaraan Di Pasar Triwindu ini memang kebanyakan menjual replika produksi baru, selama berkeliling-keliling tak sekalipun saya menemui replika yang benar-benar jadul. Replika jadul yang pernah saya temui, biasanya berbahan besi (entah dengan campuran apa) yang benar-benar solid atau kata orang Jawa biasanya bilang "antep", sehingga replikanya pun terkesan kokoh dan futuristik. Kalau replika becak, onthel, vespa, harley yang seperti dalam foto sich termasuk produksi baru, diangkat aja juga enteng, tidak terkesan kokoh. . [caption id="attachment_136497" align="alignleft" width="300" caption="Setrika jago"][/caption] 6. Setrika jadul Setrika jadul atau yang di Jawa sering disebut dengan nama "setlika jago" (baca: setliko jago) atau juga sebagian orang menyebutnya dengan nama "penatu", berasal dari kata “tatu” yang artinya berbekas, jadi penatu artinya alat yang bisa meninggalkan bekas klimis pada baju. Setrika seperti ini ada dua macam bahan dasarnya, terbuat dari besi dan terbuat dari kuningan. Tentu saja yang berbahan kuningan harganya lebih mahal, tapi namanya saja setrika arang jadi ya biarpun bahan kuningan warnanya tetap item. Melihat setrika jadul ini jadi mengingatkan saya saat masa sekolah dulu yang sering meminjam setrika ke tetangga, entah ilang kemana padahal dulu keluarga kami juga punya setrika jago yg jumbo. Panas setrika ini menggunakan arang yang dibakar, jadi bila bara api mulai habis kita harus menambahkan arang dan mengipas-ngipasnya lagi. Bila dirasa setrika sangat panas dan baju yang akan disetrika itu tipis, maka biasanya baju tersebut diperciki dengan air biar bisa menahan panasnya setrika, beda dengan setrika listrik yang sudah ada pengatur panasnya. Itu kalau lagi rajin menyetrika, kalau tidak ya baju seragam sekolah dilipat, lalu ditaruh dibawah bantal biar hasilnya mirip disetrika (asal jangan kena iler, wkwk) [caption id="attachment_136499" align="alignleft" width="300" caption="Kriiiiingggg, angkaaaat telefooon"][/caption] 7. Telefon jadul Wah mengenai barang yang ini juga mesti sangat hati-hati memeriksa kondisi barang tersebut, bukan tak mungkin telefon tersebut sudah tidak dapat digunakan sebagaimana fungsinya. Telefon jadul kebanyakan menggunakan metode memutar nomor untuk menelfon, maka tak heran ada kalimat jadul yang mencerminkan hal ini, contohnya : “Masih di Bubup FM, silahkan telefon ke kami dengan memutar nomor sekian sekian sekian”. Memang telefon jadul ini terkesan elegan, tapi juga harus diperhatikan fungsinya, percuma kalau beli tapi tidak bisa digunakan. Apalagi kalau beli telefon tapi tidak berlangganan telkom (wkwkwk), kecuali anda memang kolektor barang-barang jadul. [caption id="attachment_136500" align="alignleft" width="270" caption="Ini koper udah mirip harta karun aja yah, wkwkwk"][/caption] 8. Koper jadul Melihat koper ini saya jadi ingat film-film jadul yang menggunakan koper seperti ini untuk bepergian. Hmmz film apa yah lupa, mungkin ada di film-film Benyamin, Warkop yang jadul, atau film perjuangan seperti film “Janur Kuning” (gk pake melengkung loh ya). Koper ini diketok dengan tangan pasti bunyinya nyaring, maklum berbahan seng. Tapi jangan salah, jangan anggap koper ini gk kuat menahan barang bawaan anda sampai penuh. Seng jaman dulu dengan seng sekarang sangat beda, seng jaman dulu tak dapat dipungkiri bahwa lebih kokoh (antep) daripada rata-rata seng jaman sekarang, seng jadul itu solid gitu loh. . [caption id="attachment_136501" align="alignleft" width="300" caption="Awal mula ngetik ya dengan metode 11 jari :D"][/caption] 9. Mesin ketik jadul Jadi ingat semasa sekolah dulu ada pelajaran ketrampilan mengetik yang mengajari kita untuk bagaimana mengetik dengan baik dan benar menggunakan sepuluh jari. Hebatnya, pertama kali mengikuti pelajaran ini rata-rata siswa mengetik menggunakan metode “11 jari” (jari telunjuk kiri dan telunjuk tangan yang bila didekatkan mirip dengan angka 11, gitu maksudnya, wkwk). Dalam pelajaran ini utamanya dipersiapkan untuk menghadapi pembuatan karya tulis, jadi ada anekdot jadul di sekolah yang mengatakan “karya tulis yang bagus ya yang diketik”. Merk-merk mesin ketik yang sempat menghiasi Indonesia, antara lain : Olympia, Brother, Royal, dll (lupa, buku mengetik jaman sekolah dulu udah ilang) [caption id="attachment_136502" align="alignleft" width="300" caption="Radio Republik Sony, menyampaikan warta berita :D"][/caption] 10. Radio jadul Radio jadul rata-rata adalah 2-band (MW dan SW) dan 3-band (MW, SW1 dan SW2). Perbedaan ini didasarkan oleh daya tangkap gelombang yang mampu ditangkap oleh radio tersebut, perbedaan daya tangkap ini adalah mengenai gelombang radio yang dihasilkan oleh pemancar radio. Saat era 80-an, barulah mulai tenar radio FM sehingga menambah semaraknya dunia per-radioan. Gelombang radio AM (mw/sw) mempunyai kelebihan yaitu mampu dipantulkan oleh atmosfer, maka tak heran bila radio-radio AM mampu menjangkau tempat terpencil seperti pegunungan sekalipun, makanya berita RRI adalah salah satu yang ditunggu-tunggu oleh para penduduk terpencil (selain sandiwara radio dan dangdut tentunya, serrrr). Sedangkan gelombang FM mempunyai kelebihan suara yang dihasilkan lebih baik (stereo), namun daya jangkaunya tidak begitu luas. Bicara tentang radio, orang mungkin masih banyak yang ingat humor dari Warkop tentang “Radio Republik Sony” kaaan? (wkwkwk) [caption id="attachment_136503" align="alignleft" width="300" caption="Hayoooo pada kumpulin kaleng sekarang biar ntar bisa diwariskan sebagai barang antik :D"][/caption] BONUS : barang-barang unik Di kios ini banyak sekali dijual produk-produk jadul, dan yang bikin unik adalah yang dijual ini berupa kemasan produk jadul. Di foto ini saja terlihat kotak penyimpanan cerutu, kotak permen, kaleng semir sepatu, kaleng tinta, kaleng minyak rambut, bahkan sampai bungkus rokok jadul juga ada. Hahaa, nyentrik aja ini barang-barang yang dijual. Jadi bagi anda, janganlah disia-siakan kaleng kong guan anda, siapa tau dapat diwariskan sebagai barang berharga nantinya :D (Salam Perdjadoelan) ilustrasi : doc pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H