Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Belajar Dedikasi dari Almarhum Bp. Sukatamsi

8 Desember 2012   04:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:01 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_213410" align="aligncenter" width="538" caption="Foto almarhum Bp Sukatamsi | doc. pribadi"][/caption] Kemarin (7/12) saya berkeliling di seantero Sukoharjo dan Surakarta dengan maksud membagikan buku kurikulum karya coach Timo Schunemann yang telah dicetak sebanyak 1000 buku (tahap pertama) oleh suporter. Kebetulan di wilayah Surakarta dan sekitarnya mendapatkan jatah beberapa buku untuk dibagikan secara cuma-cuma untuk SSB-SSB yang telah terdaftar, dan semoga di tahap selanjutnya makin banyak SSB lagi yang menerima buku kurikulum ini. Ada beberapa pengalaman berharga yang tak terduga, sekaligus menambah wawasan saya ketika mendistribusikan buku kurikulum tersebut. Dan pada kesempatan kali ini saya ingin membagikan satu pengalaman tersebut agar dapat kita ambil nilai positifnya. Tentu saja pengalaman ini tak jauh-jauh dari sepakbola. Baiklah, bagi yang mau menyiapkan kopi sebagai teman menyimak kisah ini, saya persilahkan J Dari beberapa daftar SSB yang ada dalam daftar yang saya pegang, saya sengaja memilih arah yang paling jauh dari tempat tinggal saya terlebih dahulu, yakni mengambil arah Kartasura dan Surakarta. Pertimbangan selanjutnya, untuk wilayah Sukoharjo bagian selatan dan Wonogiri bisa dikerjakan esok hari. Setelah wilayah Kartasura selesai, saya langsung meluncur untuk menyelesaikan wilayah Surakarta. Dan di tempat terakhir inilah say benar-benar mendapatkan “kejutan” yang sangat tak terduga. Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah PSB Bonansa, Solo. Ketika menelfon CP PSB Bonansa (Mas Yogi), untuk menanyakan ancer-ancer alamatnya, saya pun langsung meluncur. Di Bonansa inilah terjadi obrolan yang sangat menarik dengan Mas Yogi. Berawal dari obrolan menarik inilah akhirnya saya tahu bahwa Mas Yogi adalah putra bungsu dari almarhum Bp Sukatamsi. Obrolan makin menarik ketika Ibu Sukatamsi (istri mendiang Bp Sukatamsi) ikut bergabung dalam obrolan di sore hari yang sedikit mendung waktu itu. Bp Sukatamsi sendiri adalah salah satu icon figur yang sangat peduli dengan pembinaan sepakbola di Solo. Jauh sebelum mendirikan PSB Bonansa pada 14 tahun silam, Bp Sukatamsi telah banyak mendedikasikan hidupnya demi olahraga, terutama sepakbola di wilayah Solo. Bahkan ketika Stadion Manahan masih baru-barunya dan mangkrak tak digunakan, Bp Sukatamsi yang merupakan lulusan dari STO (Sekolah Tinggi Olahraga) yang pertama kalinya mengukur lapangan untuk kemudian memberi tanda sebagai line. Dan kesemuanya dilakukan dengan bahan dan peralatan yang disediakan sendiri, tanpa ada pendanaan dari pihak lain. Pada masa-masa sebelumnya, Bp Sukatamsi pernah menjabat sebagai direktur Persis Solo untuk usia muda. Terutama difokuskan untuk mencari bibit-bibit muda di wilayah Solo dan sekitarnya untuk bisa “diorbitkan” sebagai pesepakbola yang diharapkan nantinya mampu membanggakan nama Solo di kancah nasional. Namun kenyataan tak sejalan dengan apa yang menjadi motivasinya. Kebobrokan kepengurusan Persis Solo pada masa lampau yang pernah saya dengar dari tetangga saya eks pemain Arseto Solo, kini saya dengar kembali melalui penuturan Ibu Sukatamsi yang saat ini menjabat sebagai direktur PSB Bonansa. Pada masa itu (atau mungkin sekarang masih yaaaaa), bukanlah hal aneh bila dalam seleksi penerimaan pemain terjadi adanya pemain titipan, pencurian umur, dan banyak hal yang sangat menciderai semangat olahraga itu sendiri. Tekanan dan intervensi berlebih dari kepengurusan yang tak sejalan dengan jiwa dan semangat pengabdian (tanpa gaji coy) memajukan sepakbola, akhirnya Bp Sukatamsi memutuskan mundur dari posisi tersebut untuk kemudian lebih konsen kepada PSB yang dikelolanya. Meskipun saya pribadi belum pernah bertemu beliau, namun dari penuturan Ibu Sukatamsi, saya dapat menangkap sebuah semangat yang membara dari Bp Sukatamsi untuk berperan membangun iklim sepakbola yang lebih baik. Yang paling ditekankan kepada anak didiknya adalah motivasi mengenai kejujuran dan kedisiplinan. Karena motivasi kejujuran inilah Bp Sukatamsi pilih mundur ketika di Persis Solo. Dan mengenai kedisiplinan ini, pernah suatu kali ada seleksi tim guna mengikuti ajang tingkat Jawa Tengah, ada salah satu anak didik terbaiknya absen tidak mengikuti seleksi dan tanpa ijin pula. Akhirnya si anak tersebut dinyatakan gugur, bahkan ketika si anak bersama orang tuanya datang langsung menemui Bp Sukatamsi untuk meminta keringanan pun ditolak secara halus. Suatu sikap yang layak dipuji dan ditiru. [caption id="attachment_213396" align="aligncenter" width="538" caption="Buku DIKLA (1984) bersanding dengan Buku Kurikulum karya coach Timo Schunemann | foto doc. pribadi"]

13549405571837862256
13549405571837862256
[/caption] Sumbangsih Bp Sukatamsi bagi dunia olahraga Tak dinyana pula, saya ditunjukkan buku karangan Bp Sukatamsi yang berjudul“Teknik Dasar Bermain Sepak Bola (NIKLA)”. Buku pedoman dasar bermain sepakbola cetakan tahun 1984 dari penerbit Tiga Serangkai ini bahkan hingga kini banyak menjadi buruan para mahasiswa olahraga guna melengkapi sebagai bahan skripsi maupun disertasi. Ini ditandai banyak sekali yang datang untuk sekedar meminjam buku tersebut. Awal niatan membuat buku tersebut diceritakan, bahwa Bp Sukatamsi yang banyak ditawari beasiswa untuk mengejar gelar doktoral, lebih memilih unutuk memberikan sumbangsih nyata, yakni dalam bentuk sebuah buku panduan. Buku ini disusun dari ilmu keolahragaan yang dikuasainya, pertimbangan buku-buku pedoman sepakbola dari luar negeri, dan disesuaikan dengan keadaan kultur masyarakat Indonesia pada saat itu. Dengan putra pertamanya yang bekerja sebagai diplomat, tak sulit bagi Bp Sukatamsi untuk mendapatkan buku dan video mengenai pedoman sepakbola dari negara-negara yang maju sepakbolanya seperti Jerman, Belanda, dan Inggris. Di rak bukunya pun hingga kini masih awet tersimpan berbagai buku-buku dalam bahasa-bahasa asing tersebut. Dengan cetakan pertama tahun 1984 dan tak ada lagi cetakan selanjutnya, pada akhir tahun 2000-an Bp Sukatamsi sebenarnya masih punya harapan untuk menyempurnakan bukunya tersebut. Hal ini tentunya didasari dengan pemahaman bahwa sepakbola telah banyak berkembang dari masa ke masa, sehingga sangat wajar apabila ada beberapa tambahan yang relevan dengan kondisi kekinian yang lebih relevan. Namun, cita-cita Bp Sukatamsi tidak dapat mewujudkan niatannya karena wafat pada tahun 2009. Tak pelak banyak figur-figur dari sepakbola yang merasa kehilangan, bahkan Edward Tjong (musim lalu pelatih Bali de Vata) yang merupakan anak didiknya pun sangat terpukul. “Membina akhlak anak yang mulia, kuat, dan cerdas” Kutipan diatas merupakan slogan yang ditanamkan kepada semua anak didik maupun staff pelatih yang dimilikinya. Akhlak untuk menempa mental, kejujuran, dan sikap di luar lapangan. Kuat untuk menempa fisik dan teknik dalam bermain sepakbola. Serta cerdas untuk menempa pemahaman dalam memahami situasi yang terjadi baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Dan tentu saja kesemuanya juga ditanamkan dengan semangat kekeluargaan agar terbawa dalam kehidupan kesehariannya. Jadi ketika saya membaca sebuah kutipan dari Xavi Hernandez yang mengatakan “Di La Masia (akademi FC Barcelona) kami bukan ditempa untuk menang, namun kami ditempa untuk berkembang”, ternyata Bp Sukatamsi sudah jauh-jauh hari mempraktekkan hal tersebut ke anak didiknya, jauh sebelum kita mengenal seorang Xavi Hernandez. Dari Wahyu Wijiastanto hingga Rosi Nuril Ada banyak sekali anak didik dari PSB yang bisa tergolong mentereng dalam kancah sepakbola kita. Dari sekian banyaknya nama-nama yang disebutkan, saya hanya mampu mengingat dua nama, yakni Wahyu Wijiastanto dan Rosi Nuril. Wahyu Wijiastanto sendiri kini merupakan pilar utama di klub Persiba Bantul, yang pada AFF beberapa waktu yang lalu menjadi kapten timnas senior. Sedangkan Rosi Nuril adalah sosok pesepakbola muda (15th) yang ikut mengantarkan Indonesia All Star Team menjuarai Milan Junior Camp 2011. Di laga final yang mempertemukan Indonesia All Star Team melawan Team gabungan Brazil-Venezuela, Indonesia menang meyakinkan dengan 2 gol tanpa balas. Sedangkan Rosi Nuril sendiri turut mencetak satu gol pada laga final tersebut. Bahkan pada Jumat lalu (30/11) Rosi Nuril dan kawan-kawan mendapat tantangan pertandingan ekshibisi dari sebuah klub dari Australia di Stadion Manahan (tentu saja bukan dari klub jeger = jemaat gereja, yg tempo hari dibantai 8-0) [caption id="attachment_213400" align="aligncenter" width="438" caption="Bubup dan Wahyu Wijiastanto | foto oleh @nataliawijanto"]
13549407511771817934
13549407511771817934
[/caption] Ketika melihat koleksi penghargaan, saya takjub dengan banyaknya trophy yang berada di rak, baik itu yang merupakan tingkat regional, provinsi, nasional, bahkan ada yang dari luar negeri. Karena menariknya obrolan kali ini, tak terasa hari sudah menjelang magrib, dan saya pun harus segera pamit karena malam harinya ada keperluan (makan-makan no angkringan, hahaa). Tak lupa pula Ibu Sukatamsi menyatakan apresiasinya atas buku kurikulum karya coach Timo Schunemann. Karena setelah sedikit menyimak halaman per halaman di buku ini secara random, beliau mengatakan “Setidaknya ini adalah obat bagi kami atas niatan bapak (revisi NIKLA) yang belum kesampaian”. Akhir kata, saya pribadi menyimpulkan bahwa demi kemajuan sepakbola Indonesia, dibutuhkan “Sukatamsi-Sukatamsi” yang lain untuk turut serta aktif demi persepakbolaan tanah air.

twitter: @BubupTweet [caption id="attachment_213409" align="aligncenter" width="538" caption="Penyerahan buku kurikulum SSB kepada Ibu Sukatamsi | foto doc. pribadi"]
13549430691619671793
13549430691619671793
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun