Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

AFC Menohok KPSI dengan Telak

3 Februari 2012   12:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:06 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Apa yang menjadi manuver KPSI semakin menunjukkan sikap membabi-buta, bahkan bisa dibilang "asal seruduk" tanpa peduli menabrak pagar pembatas ladang orang lain. Yang kemarin terjadi adalah perpanjangan kontrak striker asal Malaysia, Safee Sali, untuk dua tahun kedepan membela Pelita Jaya. Tentu saja bagi KPSI ini merupakan sebuah langkah "test the case" guna mendapat pembenaran atas apa yang selama ini diributkannya. Nama besar seorang Safee Sali mungkin akan dimanfaatkan untuk menjajal apakah pelarangan pemain yang membela klub ISL dilarang memperkuat timnas (Malaysia) benar-benar terbukti, karena seperti yang kita ketahui bahwasanya Safee Sali adalah figur pemain Malaysia yang berkontribusi besar turut membawa Malaysia menjuarai Piala AFF 2010 lalu. Namun sayangnya, dari daftar skuad pemain yang dilansir di situs resmi FAM (federasi sepakbola Malaysia) tidak menyertakan nama Safee Sali sebagai penghuni skuad timnas Malaysia untuk laga dalam waktu dekat ini.

Di lain hal, KPSI bersama PT Liga Indonesia selaku operator ISL beberapa waktu lalu juga berjanji akan mempertemukan antara klub-klub ISL dengan AFC/FIFA. Bahkan digadang-gadang akan terjadi pada 27 Januari, sedangkan kini kita sudah memasuki bulan Februari. Itu baru sebuah janji yang tidak menjadi kenyataan, lain hal lagi dengan KPSI yang seperti "menjilat ludah sendiri" ketika dengan jumawa menyatakan tidak mengakui PSSI sejak Rapat Akbar Sepakbola Nasional yang digelar pada 18 Desember tahun lalu. Kenyataannya sangat bertolak belakang, dari yang mengajak damai PSSI dengan syarat harus memenuhi kemauan KPSI/FPP, berusaha meng-golkan anggota yang akan mengikuti Kongres Tahunan PSSI, reaktif saat ada kejadian pemecatan, dan lain sebagainya. Tentu saja reaksi-reaksi tersebut menunjukkan bahwa KPSI dan FPP masih menyadari akan eksistensi PSSI yang memang berada dalam jalur legal dibawah FIFA/AFC. Sebaliknya, apapun manuver yang dilakukan oleh KPSI/FPP, PSSI sendiri tidak begitu menghiraukannya karena memang tidak mengakui keberadaan KPSI maupun FPP yang entah itu sebuah organisasi atau bukan. PSSI sendiri malah disibukkan untuk menaikkan mutu kompetisi resmi (alon-alon waton kelakon, slow but sure) seperti evaluasi IPL, penyelenggaraan kompetisi amatir, dan sebentar lagi akan digelar kompetisi sepakbola wanita (mungkin, mungkin nich ye, kpsi lebih memilih menggelar kobaria alias kompetisi sepakbola ehem-ehem).

Lantas, dari beberapa manuver ambigu diatas, kini KPSI makin dipojokkan oleh pernyataan AFC melalui Director of Member Associations and International Relations AFC, James Jhonson, yang menyatakan tidak mengakui keberadaan maupun eksistensi KPSI, karena satu-satunya federasi sepakbola di Indonesia adalah PSSI, dan ini adalah legal dibawah kendali serta kewenangan FIFA/AFC. Satu pukulan telak bagi KPSI yang mengatakan bahwa AFC/FIFA akan datang di KLB versi KPSI, seperti yang dilansir dari suarakarya-online (waduh, ini kan situs resmi parpol).

Menurut kejadian yang sudah-sudah, seperti RASN dan Pra-Kongres yang menyatakan dihadiri oleh Pengprov A, Pengcab B, klub C, dll, bisa jadi memang benar akan dihadiri AFC/FIFA, tapi melalui perwakilannya seorang office boy maupun kurir saja. Bukan hal yang mustahil, RASN dan Pra-Kongres KPSI saja yang hadir banyak sekali mencatut nama-nama yang sebenarnya mendukung PSSI dibawah ketum Prof Djohar Arifin. Sebagai contoh yang sering tampil di televisi adalah Dwi Irianto dan Johar Lin Eng.

1. Dwi Irianto, adalah ketum Pengprov PSSI DIY. Sedangkan seharusnya dalam pengajuan mosi tidak percaya itu harus ditandatangani oleh ketum dan sekum. Menariknya, dari klub dan Pengcab di seluruh DIY, yang mendukung hanyalah klub PSIM dan Pengprov/pengcab DIY. Dari mana dasarnya coba?

2. Johar Lin Eng, adalah Sekum Pengprov Jawa Tengah. Coba lihat di web "you know who", disitu disebutkan bahwa Johar Lin Eng adalah Ketum Pengprov Jawa Tengah. Sedangkan Sukawi Sutarip selaku Ketum Pengprov Jawa Tengah yang juga mantan anggota Komite Normalisasi, menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap kepemimpinan Djohar Arifin sebagai Ketum periode 2011-2015.

Menarik memang, ternyata AFC yang sebelumnya digadang-gadang oleh KPSI telah menyetujui KLB, ternyata tidak mengakui keberadaan KPSI itu sendiri. Tentu saja hal ini makin membuat galau KPSI beserta para loyalisnya yang notabene dihiasi oleh muka-muka lama yang di periode sebelumnya dicap oleh FIFA sebagai kepengurusan yang tidak kompeten dan tidak kredibel. Ditambah lagi rencana Sekretariat Negara selaku pengelola Gelora Bung Karno akan menyegel kantor KPSI yang memang berada di kompleks stadion tersebut. 2000% tentu saja hal ini makin menambah hastag #galaumania bagi KPSI dan seluruh loyalisnya.

* * * * * * * * * * *

~~{[["P.S.K"]]}~~
Pengamat Sepakbola Koplaksiana
"Terkoplak Mengabarkan"

oleh : Bubup Prameshwara, SH (Specialis Humor)
Peraih gelar Humoris Causa dari UGM (Universitas Genteng Merah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun