Selamat pagi kawan-kawan semuanya, lagi-lagi kami hadir menyapa dan menemani kawan-kawan semuanya, khususnya para "kalongers" yang sedang menunggu saat sahur dengan sedikit tauziah (ciyeeeee tauziah) yang tidak seberapa cakap bisa kami sampaikan ini. Untuk serial sebelumnya bisa dibaca di sini
Kebesaran Bangsa Mesir
Mesir yang terletak di ujung timur laut dari benua Afrika mempunyai faktor geografis yang sangat berbeda dengan negara-negara Timur-Tengah lainnya. Ini tentu saja tak lepas dari karunia Yang Maha Kuasa yang menganugrahkan bangsa Mesir dengan Sungai Nil yang sedemikian luas dan panjangnya membentang, memberikan penghidupan berbeda bagi rakyat Mesir. Berbeda dengan kebanyakan daerah Afrika yang mayoritas bertanah tandus, dengan adanya Sungai Nil (nggak pake Maizar cuy) yang tak pernah kering maka bercocok tanam adalah hal yang mudah dilakukan oleh rakyat Mesir bila dibandingkan dengan daerah lain.
Saat Yuzarsif kecil dihadapkan dengan Raja Amunhatep III, dia menggambarkan kebesaran bangsa Mesir dengan bahasa yang sangat puitis namun sarat makna. Bangsa Mesir digambarkan seperti gunung yang sangat kokoh, apakah gunung yang sangat kokoh tersebut akan memberi arti bagi seluruh alam, tergantung yang mengelola gunung tersebut. Sontak Raja Amunhatep III dapat menangkap apa yang dimaksud oleh seorang bocah belasan tahun yang memang banyak menjadi pembicaraan di kalangan istana Putifar tersebut. Dengan kekayaan alam dan segala kelebihan yang dimiliki Bangsa Mesir, maka di tangan yang tepat Bangsa Mesir dapat menjelma menjadi bangsa yang besar dan mempunyai pengaruh yang besar pula bagi dunia. Sebaliknya, di tangan yang salah maka apa yang dimiliki oleh Bangsa Mesir hanya akan menjadi monopoli suatu golongan semata tanpa bisa memberikan manfaat apapun bagi rakyatnya, dan yang demikianlah adalah pertanda akan kehancuran Bangsa Mesir.
Terkesima atas jawaban yang sangat luar biasa dari seorang bocah, maka Raja Amunhatep III pun menghadiahkan mutiara kesayangannya pada Yuzarsif. Putra Mahkota yang diminta ayahnya untuk memberikan langsung hadiah mutiara tersebut kepada Yuzarsif, secara tak sadar menundukkan diri di hadapan Yuzarsif sebagai tanda penghormatan setelah memberikan mutiara tersebut. Hal yang menurut semua penghuni istana raja mustahil akan terjadi, seorang putra mahkota raja yang nantinya akan menggantikan tampuk pimpinan sang raja, menunduk kepada seorang Yuzarsif yang hanyalah pelayan di istana Putifar. Dan sudah menjadi kebiasaan Yuzarsif bilamana dia mendapatkan hadiah dari Putifar maupun Zulaikha, maka dia diam-diam akan menjual hadiah tersebut dan hasilnya dibagi-bagikan kepada para pelayan di istana Putifar, maupun diberikan kepada orang-orang tertindas di luar istana.
Kekuasaan Kuil Amun yang melebihi wewenang Raja Amunhatep III
Yang mungkin tidak banyak diceritakan dalam kisah-kisah Nabi dan Rasul, mungkin dibagian inilah adanya. Dapat dimaklumi karena bagian ini banyak sekali menceritakan kekerasan, tipu muslihat, dan kelicikan yang sangat tidak dianjurkan untuk dibaca sebagai bahan pendidikan, apalagi bagi anak-anak kecil usia sekolah. Pada saat itu, dewa yang disembah bangsa Mesir adalah dewa Amun. Raja Amunhatep III sangat tidak menyukai ajaran Amun yang dikarenakan kelicikan-kelicikan para pendeta kuil Amun yang dirasa banyak menyengsarakan rakyat Mesir. Sebagai pendeta kuil, para pendeta ini banyak mempunyai tanah yang luas, termasuk banyak budak yang dimilikinya untuk mengolah tanah demi kemakmuran para pendeta kuil. Belum lagi bahwa pendeta kuil juga selalu meminta jatah upeti dari rakyat demi dalih memajukan kuil. Dengan kondisi yang seperti ini saja, jatah makanan untuk kuil juga meminta ke kerajaan, tidak mau mengusahakan sendiri. Sedangkan Raja Amunhatep III sendiri juga menyadari bahwa distribusi jatah makanan untuk kuil banyak dikorupsi oleh para pendetanya. Dengan segala keanehan inilah makin lengkap dengan sikap arogan para pendeta di hadapan rakyat kecil. Parahnya, banyak para pendeta kuil yang selalu arogan di keramaian. Merasa sebagai yang harus dihormati, membuat mereka selalu membuat kacau di keramaian kota bilamana rombongan para pendeta ini melintas dan merasa terganggu jalannya. Untuk “bunuh di tempat” pun tak segan mereka lakukan terhadap siapapun yang berani menentang, dan atas pembenaran semua tindakan mereka ini selalu saja dengan dalih demi Kuil Amun.
Merasa bahwa Raja Amunhatep tidak menyukai kuil Amun dan menganggap bahwa kondisi seperti ini bisa membahayakan kelangsungan Kuil Amun, kepala pendeta di kuil Amun, Anikhmakhu, merencanakan pembunuhan terhadap Raja Amunhatep III dengan menyuruh pelayan istana, Apuvis, untuk memberikan racun dalam makanan Raja Amunhatep III. Apuvis mengajak Inarus yang sama-sama merupakan pelayan istana untuk menjalankan rencana jahat ini. Meski pada awalnya Inarus tak setuju dengan rencana jahat ini, dirinya pun terpaksa ikut terlibat. Kejahatan terbongkar, Raja Amunhatep III selamat dari ancaman pembunuhan ini. Apuvis dan Inarus dijebloskan ke penjara. Di dalam penjara inilah mereka berdua bertemu dengan Yuzarsif. Pada suatu malam, keduanya bermimpi yang dirasa sangat aneh, dan keduanya pun menceritakan mimpinya kepada Yuzarsif. Atas pertolongan Allah, Yuzarsif mampu menakwilkan mimipi tersebut dan mengartikan mimpi tersebut untuk keduanya. Apuvis yang bermimpi membawa roti di atas kepalanya, namun roti tersebut dimakan burung dan kemudian terbang, artinya sebentar lagi Apuvis akan dihukum gantung hingga mayatnya habis dimakan burung bangkai. Sedangkan Inarus yang bermimpi memeras anggur dan menghidangkan kepada Raja Amunhatep III yang bermuka marah, artinya bahwa Inarus akan bebas dari tuntutan dan akan kembali menjadi pelayan raja.
Saat diadili, Apuvis tak mau membeberkan siapa sebenarnya dalang dibalik rencana pembunuhan. Ini tak lepas dari kelicikan Anikhmakhu dan para pendeta kuil lainnya yang mengancam akan membantai keluarga Apuvis jika membeberkan semua rahasia ini. Raja Amunhatep III marah besar, saat di penjara Apuvis sudah mengakuinya, tapi saat dipersidangkan di hadapan para pemuka-pemuka Mesir, ternyata apa kesaksiannya berbeda dengan sebelumnya. Apuvis pun dihukum gantung di tengah kota untuk memberi pelajaran kepada rakyat tentang hukuman bagi orang yang berani coba-coba membunuh sang raja, sedangkan dengan segala kelicikannya para pendeta Kuil Amun selamat dari tuduhan ikut terlibat dalam kasus ini. Dengan kejadian ini maka niatan Raja Amunhatep III untuk memenjarakan para pendeta kuil jadi berantakan.
Karena Raja Amunhatep III merasa gagal memenjarakan para pendeta Kuil Amun di saat ada kesempatan yang sangat tepat namun proses eksekusinya ternyata dapat diatasi dengan kelicikan para pendeta, Raja Amunhatep III banyak mengumbar amarahnya. Pelayan-pelayan istana adalah orang-orang yang setiap hari selalu saja merasakan bagaimana amuk amarah seorang Raja Amunhatep III. Dan inilah yang dimaksud takwil mimpi oleh Yuzarsif, dimana Inarus tak akan diberi hukuman atas kasus percobaan pembunuhan terhadap sang raja, Inarus juga kembali bekerja sebagai pelayan Raja Amunhatep III. Yak benar,di dalam mimpi digambarkan Inarus memeras anggur untuk diberikan kepada raja yang bermuka marah inilah yang juga dialaminya. Faktor emosi yang tak terkendali inilah yang akhirnya membuat Raja Amunhatep III menurun drastis kesehatannya. Kondisi seperti ini juga diperparah dengan kenyataan bahwa tabib istana yang selalu saja berulangkali memperingatkan sang raja untuk dapat mengontrol emosi, hanya dianggap angin lalu. Setelah beberapa tahun kondisi Raja Amunhatep III yang memburuk ini, akhirnya Raja Amunhatep III meninggal. Tampuk kepemimpinan kerajaan pun kini disandang sang Putra Mahkota yang naik menggantikan tahta ayahnya, dan kemudian bergelar Raja Amunhatep IV.
Awal kejatuhan Kuil Amun dan para pendetanya