Selamat pagi kawan-kawan semua, lama tak bersua di Kompasiana kita tercinta ini. Ijinkan diriku menyapa semua teman-teman disini, baik yang ada di friend list, maupun yang tidak ada di friend list tapi sering berjumpa di kolom komentar. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang muslim dan mukmin J
Sebagaimana perintah Allah, di bulan suci Ramadhan ini kita diwajibkan menjalankan puasa bagi orang-orang yang beriman. Nah, untuk menemani para “kalongers” yang susah tidur, maka kami disini hadir membawakan sedikit tauziah (cieeeeee, bahasamu duwur cuk) sambil kita menunggu waktu sahur. Dan dalam kesempatan bulan Ramadhan ini kami akan mengambil salah satu riwayat mengenai kebesaran bangsa Mesir, tepatnya saat masa Nabi Yusuf.
Sekilas tentang Nabi Yusuf
Yusuf, dilahirkan di Kan’an, dan dalam Bahasa Ibrani, Yusuf berarti “pembawa duka”. Yusuf merupakan anak ke-11 dari 12 bersaudara, adiknya yang bungsu bernama Bunyamin. Kehadirannya di dunia ini tak lepas membuat duka. Sebagai salah satu contohnya adalah, saudara-saudara tuanya yang iri atas kasih sayang yang didapatnya. Dan puncak dari sifat iri saudara-saudaranya ini, maka mereka merencanakan untuk membunuh Yusuf. Dengan dalih mengajak Yusuf bermusafir, para kakak-kakaknya ini atas berbagai perdebatan akhirnya membuang Yusuf ke dalam sumur di kota. Ketika mereka pulang, mereka berbohong kepada sang ayah (Nabi Yakub) bahwa Yusuf telah meninggal karena dimakan serigala. Merasa tidak percaya kepada anak-anaknya, Nabi Yakub dengan perantara malaikat menanyakan hal ini kepada serigala, dan ternyata serigala menjawab bahwasanya kaumnya (semua serigala) tidak pernah ada yang memangsa Yusuf. Duka yang sangat mendalam tentu kini beralih kepada Nabi Yakub, karena dirinya menetahui bahwasanya kelak Yusuf akan menjadi seorang nabi. Hal ini berdasarkan wahyu yang diterimanya setelah mendengar cerita Yusuf yang pernah bermimpi bahwa 11 bintang, matahari, dan bulan sujud kepada Yusuf. Berpisah dengan Yusuf-lah yang merupakan duka yang amat besar bagi Nabi Yakub, bahkan Nabi Yakub membangun sebuah rumah duka khusus untuk menangisi dan selalu mendoakan Yusuf.
Yusuf yang diceburkan dalam sumur akhirnya diselamatkan oleh rombongan saudagar, dan para saudagar ini pun kemudian berniat menjual Yusuf sebagai budak belian di Mesir, tempat tujuan berniaga para saudagar ini. Para saudagar ini tak mengira bahwa Yusuf ternyata menjadi rebutan saat dilelang sebagai budak belian, hingga akhirnya Putifar yang berhasil membeli dengan penawaran paling tinggi. Putifar adalah pejabat tinggi kerajaan Mesir, jabatannya sebagai bendahara Mesir bisa dikatakan hanya dibawah sang Raja Amunhatep III, atau bila disamakan dengan bahasa modern adalah Raja Amunhatep III sebagai kepala negara dan Putifar sebagai kepala pemerintahan. Tak hanya kecakapan Putifar dalam mengelola pemerintahan Mesir, tapi Putifar juga merupakan panglima tertinggi dalam kemiliteran Mesir saat itu. Selalu berada di garda terdepan saat peperangan, membuat dirinya banyak dihormati oleh Raja, rakyatnya, maupun bangsa lain.
Tak menyangka akan mendapatkan hasil penjualan yang sangat tinggi, kepala rombongan saudagar, Malik, bertanya siapakah gerangan Yusuf yang meski masih kecil tapi sudah terlihat berwibawa dan menjadi rebutan saat dilelang sebagai budak. Akhirnya Yusuf memberitahu kepada Malik bahwa dirinya adalah putra Nabi Yakub, dan memintanya untuk merahasiakan jatidirinya tersebut.
Baru sebentar berada di istana Putifar (kalo bahasa keren jaman sekarang bisa disebut rumah dinas pejabat), Yusuf sudah banyak menjadi buah bibir karena kewibawaannya di usia yang terbilang masih belia. Banyak pelayan dan para budak di istana Putifar yang dekat dengan Yusuf. Zulaikha, istri Putifar yang kagum akan kecerdasan Yusuf pun mengusulkan kepada Putifar untuk memberi nama Yusuf dalam bahasa Mesir, yakni Yuzarsif. Putifar dan Yusuf sendiri pun setuju menyandang nama Yuzarsif. Kejadian besar terjadi saat di istana Putifar ada pencurian, dan ada dua orang pengawal istana yang dicurigai melakukan hal tersebut. Ketika Rudamun, kepala pengawal istana kebingungan menentukan siapa yang sebenarnya melakukan pencurian ini, Yuzarsif tampil ke depan dan berjanji akan bisa menentukan siapa yang sebenarnya bersalah. Kedua pengawal yang menjadi tersangka ini kemudian ditutup matanya dan Yuzarsif menyarankan agar yang merasa bersalah untuk mengakuinya. Tak ada yang mengakuinya, kemudian Yuzarsif berteriak “penggal kepala orang ini” tanpa menunjuk siapapun diantara keduanya. Rudamun yang telah diberi kode oleh Yuzarsif pun akhirnya mencabut pedangnya tanpa diarahkan kepada kedua tersangka ini. Mendengar suara cabutan pedang yang sangat nyaring, akhirnya salah satu diantara keduanya berteriak minta ampun dan mengakui kesalahannya karena telah mencuri. Tentu saja kejadian ini menjadikan bahan tertawaan bagi banyak pasang mata yang saat itu menyaksikan kecerdikan Yuzarsif dalam memecahkan masalah ini. Atas dasar inilah kemudian Putifar meminta Yuzarsif untuk mengatur semua jatah makanan untuk seluruh istana.
Masih semangat nyimak nggak sodara-sodara ???
Kalo udah nggak semangat nyimak, nggak ada salahnya periksa dulu ke klinik
TongSeng :p
Yuzarsif yang telah dewasa, makin menjadi perbincangan, selain karena kecerdasan dan perhatiannya kepada kaum lemah, juga karena ketampanannya yang sangat tak ada tandingannya. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa “Keindahan yang ada di dunia ini hanyalah 1%, karena 99% keindahan ada di surga. Dan dari 1% keindahan di dunia ini, Allah telah memberikan 0,5% kepada Yusuf”. Ketampanan yang dimiliki Yuzarsif inilah yang kemudian menguasai hawa nafsu Zulaikha dan kemudian Zulaikha merayunya. Tapi demi menjaga kehormatan, Yuzarsif menolaknya karena meskipun dia masih bisa dikatakan sebagai budaknya, tapi Yuzarsif tidak mau mengkhianati Putifar yang selama ini sangat baik dan banyak membantunya tunbuh dewasa. Zulaikha yang terbakar emosi pada akhirnya meminta Putifar untuk memenjarakan Yuzarsif . Meski tahu bahwa Zulaikha yang bersalah, dengan berat hati Putifar pun menuruti keinginan Zulaikha untuk memenjarakan Yuzarsif.
Penjara bukanlah neraka bagi Yuzarsif, karena justru di dalam penjara dirinya banyak mengambil hikmah terhadap jalan hidup yang dilaluinya. Para tahanan lain dan para penjaga pun banyak yang menaruh respek kepadanya. Qidamen, kepala penjara, justru sangat senang dan banyak berterimakasih kepada Yuzarsif karena sejak dirinya berada di penjara, kondisi penjara jadi semakin baik.
(bersambung)
masih ada 2 seri selanjutnya kawan :)
~{[[P.S.K]]}~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H